Tanggal 01 September 2011 gue jalan-jalan ke Manado sama istri and
kids. Kita misah. Gue liat-liat buku
dulu di Gramedia, mereka ke Timezone-nya hypermart.
Dari Gramedia gue nyusul ke Hypermart. Oh my God, gue bener-bener kaya rusa
masuk kampung. Takjub gue sama pusat
perbelanjaan dan pusat-pusat lainnya tsb.
Suer, itu pertama kalinya gue nginjek hypermart yg mungkin udah sekitar
5 taonan di bangun di kawasan Manado Town square.
Gue kebingungan nyari yang namanya timezone.
Sambil nunggu istri memandu pake HP,
gue ngeliat begitu banyak manusia menjejalin tempat tersebut.
Tiba-tiba sel-sel neuron di kepala gue terlintas ide untuk nulis soal ini.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Pastinya ngga ke itung tulisan
tentang pertemanan. Dengan perspective
dan gaya nulis yang juga beda.
Ada yang mendeskripsikan teman seperti kepompong, sangat berharga, dsb.
Gue sepakat dengan semua pendeskripsian tersebut.
Teman emang kadang lebih baik dari saudara.
Teman juga sering bagaikan spons
empuk tempat mendaratkan kepenatan, beban, atau hati yang lagi bad mood
Ngga jarang juga sich Teman jadi penghianat, dan berpotensi
jadi musuh.
What ever, idealnya, dalam pertemanan kita terbebas dari
segala macam perbedaan. Entah suku, Agama, warna kulit, golongan,
kepangkatan, atau strata ekonomi.
Gue punya temen tukang ojek, sopir taksi, CS, Direktur, Doktor, Kadis,
Ustad, pendeta, Pengusaha, pedagang kaki lima, hingga konglomerat. Semuanya manusia. Hehehehe,.......
Gue tau temen-temen gue. Gue respek sama mereka. Tapi gue ngga bisa memenuhi semua harapan
temen gue, dan ngikutin semua keinginan
mereka.
Gue punya harapan-harapan yang
indah dalam berteman. Tapi justru
disinilah pertempuran batin gue. Pertempuran antara harapan dan ketidakmampuan.
Gue sering gagal jadi seperti Cameron Poe di film Con
Air, yg rela mengorbankan nyawanya untuk temennya.
Gue cuma bisa trenyuh karena selalu gagal jadi kayaq para satria temen-temen
Arthur di film King Arthur
Gue juga cuma bisa senyum kecut karena ngga bisa jadi kayaq Harry Stampler,
pempinan sekaligus teman bagi orang-orang
yang respek padanya, di film Armagedon.
Sambil merenung, gue mendapati kenyataan kalo ternyata gue
lebih sering gagal jadi temen yang baik.
Ketika gue berusaha menutupi ‘kelemahan’ di satu sisi, ironsnya gue justru
menemukan ‘kelemahan’ di sisi lainnya.
Begitu terus, sampe gue merasa letih sendiri guna mencapai kualitas
ideal seorang teman. Hingga akhirnya gue
harus ‘pasrah’. Gue harus bisa berdamai sama diri gue sendiri, dan
menampilkan gue yang apa adanya, sambil memohon belas kasihan semua temen gue,
untuk menerima dengan ikhlas, seorang
Robin Ticoalu.
Gue yang terkadang begitu
elegan mengakui kesalahan di satu kesempatan, sekaligus berdalih di kesempatan
yang lain.
Gue yang terkadang begitu
antusias membangun sebuah ide, namun dengan serta merta memendamnya tanpa bekas
Gue yang terkadang doyan ngumpul
bareng, tapi dengan serta merta berubah males ketemuan dengan siapapun
Gue yang terkadang antusias koment
di FB, namun lebih sering ngilang kayaq invisible man
Gue yang terkadang lucu,
menggemaskan dan ngangenin (kayaq boneka Tedy Bear...hehehe...ada yg ngomong
loh...), namun bisa berubah nyebelin kayaq panu
Gue yang terkadang begitu
lunak terhadap satu hal, namun berubah kukuh tanpa pandang bulu
Gue yang terkadang begitu
antusias mengirimkan ratusan sms, namun dengan serta merta mematikan HP
berhari-hari hingga susah banget di hubungi.
Gue yang terkadang begitu idealis,
namun dengan serta merta berubah oportunis
Gue yang sering ngga PD (walaupun agak ganteng and ngga terlalu
bego....hehehe..)
Gue yang lebih sering pelit
ketimbang dermawan (kata salah satu anak buah gue yang ngomong dibelakang
‘punggung’ gue)
Gue yang sering memotivasi orang, justru sering gagal memotivasi diri
sendiri untuk jadi lebih baik
Btw, di antara plus minusnya
gue, gue yakini beberapa hal:
Gue ngga bakalan bisa nyenengin semua orang, termasuk temen-temen gue
Gue ngga pernah berusaha dengan kesadaran bikin siapapun celaka ato
menderita
Gue ngga pernah membenci siapapun, apalagi mahluk-mahluk yang gue sebut
temen
Gue ngga berusaha ‘memanfaatkan’ pertemanan untuk kepentingan pribadi gue.
Eh,....tunggu....tunggu......hehehe.....gue bukan lagi curhat loh....
“Mengenali kapasitas diri itu penting”
tulis sebuah buku yang pernah gue baca
Mungkin kalimat itu yang gue pilih untuk mengutarakan ‘who am i’, ketimbang
curhat
Ngga seorangpun yang kenal diri
gue sepenuhnya, kecuali Tuhan dan diri gue sendiri.
At
last,....apapun yang udah gue tulis, yang pasti gue happy and proud punya all
of you as my friend. Kiranya Yang Maha
Kuasa Tuhan selalu menjaga dan mencurahkan berkat-berkatNya buat kalian semua. Teman-teman gue.
Mari kita serukan:
Stop kekerasan dan Perang di Seluruh Tanah Indonesia,..hingga ke ujung bumi.