Kita
udah sering denger dong kalimat begitu. Yup,
hampir pasti kalimat tersebut sedang menggambarkan suatu situasi di mana sekumpulan
orang di sebuah tempat, ato ruangan yang lagi sibuk dengan aktifitasnya
sendiri-sendiri. Emang sich ‘ke-asyikan
dengan dunia masing-masing’ tersebut ngga bisa dengan serta-merta kita klaim
sebagai saling berkaitan, atau bisa dihubung-hubungkan. Kalo keasyikan tersebut terjadi di ruangan kantor, pastinya semua
bisa saling terkait. Tapi kalo di
terminal, ato di kereta, jelas ngga saling bertautan. Cuma kebetulan aja mereka terkumpul di situ.
Asyik
dengan dunia masing-masing adalah sebuah permainan kosakata yang lebih dimknakan
pada aktifitas dan kesibukan, bukan untuk mendeskripsikan sekumpulan mahluk
dunia lain yang ngumpul bareng dan melayang-layang dalam kesahajaan ‘dunianya’. Bukan kisah Kuntilanak yang asyik dengan
kekuntilakannya, jin dengan dunia jinnya, designer dengan coretan-coretannya,
ato penulis dengan potongan-potongan imaginasinya.
Cuman
seiring guliran waktu, entah kenapa kalimat ‘asyik dengan dunia masing-masing’
seolah jadi kutukan yang mengejahwantah sebagai kisah nyata: ramalan yang
digenapi. Astaga......
Kan
udah bukan dongeng lagi kalo sebuah organisasi, institusi, ato lembaga yang
semula di bangun dengan idealisme, dedikasi dan harapan penuh aroma bunga, kini
diperhadapkan pada fakta di mana
personilnya justru bener-bener ‘asyik dengan dunia masing-masing’ dengan kiat
saling incar, saling terkam dan saling memanfaatkan, hingga akhirnya luluh
lantak secara perlahan.
Siapa
yang ngga tahu kalo Rumah Sakit di bangun dengan tujuan mulia: membantu
menyembuhkan orang sakit. Tapi siapa
juga yang ngga tau kalo sekarang banyak pengelola Rumah Sakit yang justru asyik
dengan dunianya masing-masing, demi keuntungannya masing-masing, hingga Rumah
Sakit tak ubahnya sebuah Perseroan Terbatas yang berfalsafah: kalo miskin
jangan sakit.
Siapa
yang ngga tahu kalo Universitas yang semula dibangun untuk mencerdaskan anak
bangsa, justru dijadikan tambang emas
para pengelolanya karena perspectif asyik dengan dunia masing-masing, hingga
lahir sebuah paradigma: pendidikan tinggi hanya milik kaum ‘the have’
Siapa
yang ngga tahu betapa mulianya Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat, tapi berubah
laknat karena memikirkan dunianya masing-masing ?
Tapi
yah begitulah dunia kita. Dunia yang
selalu punya stok kosa kata berlimpah, dan membuat kita asyik dengan dunia
masing-masing.
Bitung, 28 Juni 2013.
Ketika sebuah kisah berakhir, sekaligus bermula.
Rest In Peace at 19 June ‘13. My bos sister: Lince Worang.
2 comments:
Saya bingung mengomentari tulisan ini (yang pasti gak butuh komentar saya), tapi berhubung saya kepingin menunjukkan bahwa tulisan ini sudah pernah dibaca maka saya menuliskan komentar yang tidak penting ini..... (lagi kehilangan kata2 soalnya, harap maklum)
PS: Si penulis komentar mata kepiting itu saya juga ;)
ngga apa. yg penting udah 'mampir' mbaca. btw, saya ngga harus manggil anda sbg kepiting toh ? hehe...
Post a Comment