Wkwkwkwk,.....gila apa ? Biarpun mau dibolak-balik pake
rumus apapun, blom ada ceritanya ikan di pake jadi campuran pasir, batu ato
semen. Sehebat-hebatnya Jepang-pun di
dunia perikanan, blom satupun bangunan tahan gempanya yang di bangun pake
bagian-bagian tubuh ikan.
Begitu juga sama Belanda yang pakar bendungan. Belom pernah gue denger ada bagian dari
bendungan yang mereka bikin jadi kuat lantaran darah ikan, tulang ikan, ato
mata ikan.
Trus, ide gila dari mana yang menyiratkan ikan jadi bahan bangunan
? hehehe,...sabar coy, mungkin gw bisa
njelasin secara sederhana.
Ikan emang susah direkomendasikan jadi bahan bangunan oleh
negara paling hebat sekalipun, ato pakar bangunan di bumi manapun. Tapi dari perspectif lain, ikan justru udah
terbukti koq jadi bahan pembangunan sebuah bangsa. Jepang contohnya. Sejak kecil anak-anak Jepang udah dicekokin
semua hal yang berkaitan dengan ikan, hingga mereka tumbuh jadi generasi kuat
and cerdas.
Beberapa puluh taon lalu geliat perokonomian Jepang juga
bergerak positif karena bisnisnya di dunia perikanan merambah ke
pelosok-pelosok dunia yang punya kantong-kantong ikan melimpah. Tekhnologi-tekhnologi baru selalu mereka
ciptakan untuk mendukung kemajuan dunia perikanan.
Universitas-universitas mereka selalu menarik untuk di
jadikan tempat menimba ilmu calon-calon pemikir Bangsa lain guna membangun
dunia perikanan di negaranya masing-masing.
Tapi di situlah kecerdasan Jepang.
Karena lewat mahasiswa mancanegara yg belajar di Universitasnya, Jepang
memperoleh informasi berharga tentang situasi dan kondisi dunia perikanan di
negara para mahasiswanya. Lalu
berdasarkan informasi tersebut, mereka melibatkan pemerintahnya untuk
memfasilitasi kunjungan ke negara-negara pemberi info tadi. Dan setelah itu, akhirnya kita semua tahu
eksistensi Jepang di dunia perikanan seluruh dunia.
Bayangkan, waktu Indonesia lagi sumringah sama penemuan baru yg disebut
rumpon, Jepang udah menandai ribuan ekor ikan yang beruaya di seluruh samudera
dengan menanamkan perangkat yang disebut tag, hingga mereka bisa tahu di
perairan mana ikan jenis tertentu memijah dan mencapai ukuran terbaik untuk
konsumsi.
Ketika nelayan-nelayan Indonesia tidak melaut lantaran bulan
terang, Jepang malah asyik-asyiknya nangkep ikan di bawah bulan terang karena
penemuan lampu bawah air warna-warni yang menarik ikan karena sifat ikan
pelagis yang menyukai cahaya.
Satu hal yg bikin Jepang hebat adalah menyantap hidangan
ikan adalah sebuah gaya hidup (lifestyle).
Hampir mirip jepang, Thailand-pun tergolong sukses membangun
negaranya dengan memperkuat sektor perikanan.
Liat aja industri pengalengannya yang sudah mmemenuhi
supermarket-supermarket hampir di seluruh jagad dengan produk-produknya.
Bagaimana dengan Bangsa kita ? Walaupun nilai eksport Hasil Perikanan yg
mendatangkan devisa cenderung naik dari taon ke taon (data DKP pusat, eksport
th 2010 mencapai 2,89 Milyar Dollar, dan th 2011 di targetkan 3,2 Milyar
Dollar), ironisnya data dinas perikanan dan kelautan pusat menunjukan rendahnya
konsumsi ikan masyarakat kita. Ke-empat
sesudah Malaysia, Singapura and Thailand.
Bayangkan, konsumsi ikan bangsa kita baru mencapai 31,4 kg/kap/th. Artinya, angka rata-rata nasional, setiap
orang Indonesia cuma 2,61 kg per orang/bulan, atau 8 gram/hari. Hehehe,...itu kan setara dengan setetes air.
Yah semoga aja kita bisa mengkampanyekan : GERAKAN MAKAN
IKAN NASIONAL. Supaya kita bisa
memperkuat bangsa kita, dan menjadikan ikan sebagai ‘bahan bangunan.’ Tul ngga...?
AYO, KITA RAJIN MAKAN IKAN......!!! KARENA IKAN ADALAH “BAHAN BANGUNAN”
1 comment:
SETUBUH BROOO !!! SETUBUHHH !!!! gw jg sering ngeracunin temen gw buat makan ikan . sayangnya dijakarta sini dpt ikan yg okeh tuh susah . klo pun ada , harganya ngures dompet * muka suram *
Post a Comment