China, tahun 2046
Aku Ding Xiang. Lahir di kota
Tianjin, 09 April 2031. Umurku sekarang
15 tahun. Aku menjalani kehidupan normal
sebagaimana remaja seusiaku. Secara
ekonomi, aku tidak punya persoalan.
Ayahku bankir senior. Ibuku
pengusaha tembikar yang mapan.
Satu-satunya hal yang membebani
hidupku hanyalah mimpi-mimpi aneh. Mimpi
yang tidak pernah aku pahami sejak aku 12 tahun. Dalam mimpi, aku kerap mendapati diriku
sebagai tentara, dengan semua aktifitas militernya. Mulai dari latihan, pasukan keamanan PBB, hingga
piagam-piagam penghargaan.
Di kesempatan lain, aku tampil sebagai pemimpin partai yang terlibat dalam
pemilihan, atau tengah memimpin rapat kenegaraan yang lengkap dengan anggota kabinetnya.
Berbagai usaha telah kulakukan untuk menyibak misteri semua mimpi
tersebut. Entah menceritakannya pada
kedua orang tuaku, membaca buku-buku
kuno, atau mendatangi paranormal. Tapi
hasilnya nihil. Tidurku selalu dihiasi
mimpi-mimpi tersebut. Hingga akhirnya aku berkesempatan menemani saudara sepupuku, Guang-Li,
pemain sepakbola Tim Nasional China, untuk melakukan pertandingan Kualifikasi
Pra-Piala Dunia melawan Indonesia.
Ini pertama
kalinya aku meninggalkan China. Menuju
Jakarta, Ibukota Republik Indonesia.
Negara dengan jumlah penduduk ke-5 terbanyak di dunia.
Aku tak dapat melukiskan
suasana hatiku saat pramugari menyatakan bahwa kami telah berada di udara
Indonesia. Sekujur tubuhku
bergidik. Hatiku terharu. Aku merasa pernah begitu akrab dengan tanah
ini.
Pergulatan batin
ini semakin menyala sesaat aku menginjakan kaki di bandara. Puncaknya saat aku berada di hotel. Ketika TV dinyalakan, salah satu stasiun TV
swasta menayangkan kilas balik perjalanan
Indonesia, ketika sendi-sendi Demokrasi semakin mengental. Tiba-tiba tubuhku bergetar hebat, ketika
sosok presiden bertubuh tinggi besar menyampaikan pidatonya di hadapan
parlemen.
Susilo Bambang Yudhoyono
adalah Presiden Indonesia ke-6 yang memerintah antara tahun 2004 – 2014. Merupakan Presiden pertama Indonesia yang
dipilih langsung oleh rakyat. Pada masa
pemerintahannya, Indonesia mengalami banyak gesekan politik. Supermasi hukum mulai ditegakan walau masih
oleng. Pemberantasan korupsi mulai menampakan cahaya. Dan Untuk pertama kalinya para pendekar hukum, Gubernur, Mentri, dan petinggi-petinggi
Negara merasakan bagaimana rasanya di
penjara. Dan pada kepemimpinan-nya pula Tanah Indonesia terkesan begitu
mudahnya di serobot tetangga kepala batu dan arogan, Malaysia.........
Narasi
singkat dibacakan seorang reporter
cantik yang belakangan diketahui memiliki banyak tatto di tubuh mulusnya.
Aku merasakan
aliran udara berhenti memasuki paru-paruku.
Sekelilingku tampak putih, hingga aku tak ingat apa-apa lagi.
Pingsan. Ketika sadar, aku telah berada
di salah satu Rumah Sakit.
Akhirnya aku
yakini 100%, kalau aku, Ding Xiang, yang dalam bahasa China memiliki arti
stabilitas dan keberuntungan, merupakan
reinkarnasi Presiden Republik Indonesia ke-6 bernama Susilo Bambang Yudhoyono.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Aku tertidur, tapi jiwaku kembali pada masa
sebelum reinkarnasi. Jiwa seorang Presiden
Indonesia. Susilo Bambang Yudhoyono.
Aku melihat Susilo
Bambang Yudhoyono (diriku sekarang), sendiri di ruangan baca. Mengambil
Laptopnya, dan mulai mengetik. Membuka folder yg berjudul My Opinion, menuliskan password,....dan....
Laptopnya, dan mulai mengetik. Membuka folder yg berjudul My Opinion, menuliskan password,....dan....
Hari ini saya akan
menetapkan calon pasangan yang akan menemani saya dalam pemilihan Presiden R.I ke-6. Beberapa rekan Jendral dan rekan-rekan partai
mengusulkan Jusuf Kalla. Ah, secara pribadi sebenarnya saya kurang
sreg. Bukan apa-apa sich, cuman saya
kurang suka sama sifatnya yang terlalu blak-blakan, dan menurut informasi yang
yang sempat dibisikan ke telinga saya, katanya dia juga agak
‘kejam’.....ah,...mungkin itu cuma bahasa lain dari kata tegas. Secara keseluruhan orangnya baik, cerdas, berawasan kebangsaan, punya basis massa
besar, punya dana kuat, dan terpenting,
dia cukup respek sama saya. Apa salahnya
mengikuti saran rekan-rekan.
Saat aku tertidur di hari berikutnya, jiwaku kembali pada jiwa seorang Susilo
B.Y yang sedang mengetik pada folder My Opinion-nya.
3 hari menjelang Pilpres.
Saya tidak tahu bagaimana
caranya mengatasi rasa gugup dan gelisah ini.
2 teko teh sudah saya habiskan utk meredakan ketegangan ini. Tapi ngga mempan. 3 hari lagi pilpres. Saya ingin bicara dengan Yusuf Kalla.
2 hari setelah
Pilpres
Alhamdullilah, lega rasanya. Pilpres usai sudah dengan aman, tenang dan
terkendali. Tinggal penghitungan
suara. Tim sukses sudah meyakinkan kalau
kemenangan berhasil diraih. Uuhh,..beban ini rasanya makin berat.
Beberapa saat
setelah Tsunami Aceh (26 Desember 2004). 129 orang tewas, dan 37.606 hilang.
Oh Gusti,...mengapa kau
timpakan duka ini pada rakyatku...? saat ini, tak ada yang lebih penting
selain Aceh. Beri hamba kekuatan menghadapi ini semua
ya Rabbi. Tolong rakyatku.
Beberapa saat
setelah bom Bali 2 (Oktober 2005). 23
orang tewas, 196 luka-luka.
Benar-benar biadab...!
Mahluk apa yang tega melakukan perbuatan laknat ini..? Tidak ada kata
maaf. Siapapun pelaku dan otaknya, harus
di tangkap dan dihukum yang setimpal. Aku
harus telepon semua Jendral dan BIN, meeting
mendadak.
Beberapa saat
setelah gempa Jogja (27 Mei 2006). 3.098
orang tewas.
Mengapa derita rakyatku tak kunjung reda ya Gusti
Allah...? Konsentrasi saat ini pemulihan Jogja.
Ah,...anggaran apa yang harus di cancel.....
Beberapa saat
setelah jatuhnya pesawat Adam Air (1 januari 2007). 102 orang tewas.
Oh Tuhan,...kapan rangkaian
duka Kau jauhkan dari rakyatku..? Air
mata belum juga kering, muncul lagi nestapa ini. Bagaimana ceritanya sich, pesawat rongsokan
masih mengudara....? Apa benar isyu yg
beredar, kalo pesawat jatuh karena A.L
salah tembak waktu latihan..?
Harus tanya mentri perhubungan nich...
Beberapa saat
setelah bom Marriot & Ritz Carlton (17 July 2009). 9 orang tewas, 53
luka-luka.
Aku letih. Gamang. Begitu besarkah dosaku..? Para Teroris ini benar-benar membuatku
geram. Mereka mancing amarahku. Apa mungkin semua ini ada kaitannya dengan
lawan politik..? Ah, aku jangan gegabah. Kasihan rakyatku, mereka diselimuti ketakutan. Bagaimana sich intelejen,...koq bisa kecolongan melulu....
Beberapa saat setelah Demo Antikorupsi (9 Desember
2009)
Mahasiswa,...mahasiswa. kalian
adalah harapan masa depan Bangsa ini. Di
mana kemampuan analisis kalian.
Pemberantasan korupsi bukan persoalan satu atau dua minggu. Tidakkah kalian paham, betapa korupsi sudah
mendarah daging pada masyarakat Indonesia...?
Apakah saya kurang serius..? Bahkan besan sendiri masuk penjara.
Beberapa saat setelah demo 100 Hari Pemerintahan-ku
& Boediono ( 28 Januari 2010)
Mengemukakan
pendapat adalah hak tiap orang di Negri ini.
Aku tidak perlu terlalu cemas. Yang terpenting adalah melakukan yang
terbaik bagi seluruh rakyat.
Beberapa saat setelah demo satu tahun Pemerintahan ku
& Boediono (20 Oktober 2010)
Mmhh,..setahun yang melelahkan.
Memang masih terlalu banyak PR yang harus diselesaikan. Tapi data-data faktual juga mencatat banyak
kemajuan. Ah,..apakah tidak lebih baik
kalau saya melayani keinginan para pendemo...?
Rasanya tidak perlu. Toh saya
tidak harus menjelaskan segala hal.
Masih banyak hal lebih penting yang harus kuselesaikan. Lagi pula info Intelejen menyatakan kalau
demo ini sarat dengan kepentingan politik.
Beberapa saat
setelah letusan Merapi (26 Oktober 2010). 126 orang meninggal.
Aku sedih.
Sangat sedih. Bukan cuma
rakyatku. Di sana banyak keluargaku.
Beberapa saat
setelah kasus wikileak (Desember 2010)
Inilah susahnya kalau tekhnologi dipegang
manusia-manusia tak berakhlak. Tapi aku
Presiden. Buat apa memusingkan hal kacangan seperti itu.
Masih terkait
kasus Bendahara Partai Demokrat.
Kasus korupsi wisma Atlet Palembang
Mmhh,..Anas.
Apa yang kauperbuat....? Kamu mempersempit jalanmu sendiri ke tangga
Presiden. Kenapa juga sich nyuruh
Nassarudin lari ke Singapur...?
Beberapa saat
sebelum perombakan kabinet. Oktober 2011
Piye toh Bangsa ini..? Ndesak-ndesak saya untuk
mempercepat kemajuan negara, koq malah kebakaran jenggot waktu saya mau ngganti
mentri yang kurang produktif. Diem
salah, jalan salah. What ever. Kan yang Presiden saya. Hak saya dong...
Pada suatu ketika........
Hmm,...lucu juga perasaanku saat ini.
Ada saatnya aku begitu mensyukuri kapasitas sbg ayah, suami, sekaligus
pemimpin tertinggi negara ini. Tapi ada
saatnya saya menyesali keputusan menjadi presiden. Rakyat melihat saya seolah mahluk super yang harus
bisa mengatasi berjuta persoalan negara ini. Mereka seolah melupakan kenyataan
kalau saya juga manusia seperti mereka.
Manusia yang punya keinginan dan harapan. Manusia yang punya amarah, kekesalan dan
sakit hati. Saya bukan patung atau robot
yang bisa dikendalikan oleh remote control.
Kalau saya berusaha dengan sekuat tenaga memahami dan mengerti semua penilaian,
kritikan, bahkan hujatan 200 juta lebih masyarakat, tapi mengapa mereka tidak
bisa menerima kenyataan kalau
saya cuma manusia biasa..? Saya
mengarang lagu, salah. Menyanyi,
disindir. Curhat, dibilang melankolis. Memilih negosiasi ketimbang konfrontasi, di
bilang lemah. Koq serba salah ya...
Tapi saya sadar, inilah konsekuensi
yang harus saya terima dengan kebesaran hati,
karena saya memutuskan untuk menjadi presiden, dan memimpin Bangsa ini.
Ketika kritikan dan kecaman semakin gencar
Saya memang Doktor. Tapi rasanya tidak
pernah saya berkeras hati memaksakan keinginan pribadi. Karena semua keputusan yang saya lakukan
telah saya konsultasikan terlebih dulu dengan para ahli di bidangnya
masing-masing. Itulah makanya saya
mengangkat staf ahli dan para mentri.
Para pemikir dan putra-putri terbaik
Bangsa ini. Yang semuanya direkomendasikan
para wakil rakyat.
Ibarat Direktur Utama perusahaan pengalengan daging sapi, apakah kinerjanya
hanya diukur dari kerugian dalam 2, atau 3 bulan berturut-turut...?? Lalu bagaimana dengan keuntungan yang
diperoleh pada 9 bulan lainnya..?
Silahkan tanya Yusuf Kalla, Ciputra, atau Aburizal. Apakah semua perusahaan yang dipimpinnya
berhasil..? Mereka dikenal sebagai pengusaha sukses bukan berarti semua usaha
yang dikelolanya berhasil, melainkan sebagian besar usahanya berhasil
memberikan profit besar.
Indonesia ada 33 propinsi, dengan jumlah penduduk 250 juta lebih, yang
sebagian besar memiliki masalah serius dengan
9 hal, seperti:
a)Etika, sbg prinsip dasar kehiduan b)kejujuran
dan integritas c)rasa tanggung jawab d)hormat pd aturan & hukum
masyarakat e)hormat pada hak/warga lain
f)mencintai pekerjaan g)keinginan
untuk menabung dan investasi h)keinginan bekerja keras i)menepati
waktu
Indonesia merupakan bagian terpenting dalam hidup
saya, selain keluarga. Tak pernah ada
waktu yang terlewatkan dalam pikiran
saya, selain memikirkan yang terbaik bagi Bangsa ini.
Saya memikirkan tiap detail geliat negara ini,
mulai dari keluhan masyarakat korban lumpur lapindo hingga kisruh sepak
bola. Dari gaji penjaga pintu kereta
hingga biaya jemaah haji. Dari harga
buku anak SD hingga tenaga kerja yang dihukum pancung. Dari imunisasi Nasional hingga sandera
perompak Somalia. Dari perampasan
wilayah oleh Malaysia hingga jumlah maksimum istri PNS. Dari keluhan keluarga korban pesawat jatuh, hingga penembakan di puncak Jaya. Dari
rekening gendut Jendral hingga status satpol PP.
Kalau masyarakat senantiasa mengeritik saya, dan
membanding-bandingkan saya dengan Obama, Putin, Sarkozy, atau Ahmadinejad,
salahkah saya jika kerapkali menyesalkan betapa banyaknya masyarakat kita yang
memiliki cara berpikir yang terbelakang dan mau menang sendiri. Belum ditambah dengan anggota Dewan-nya yang
boros, tukang ngorok di sidang, doyan selingkuh, tukang memprovokasi dan jago ‘ngomong doang’.
Megawati,.....uh,...kamu beken cuma lantaran
ayahmu Bung Karno. Tapi apa yang sudah
kau buat..? Puluhan asset berharga
bangsa malah kau jual. Kenapa kita tak
bergandengan tangan saja membangun Bangsa yang katamu kau cintai...?
Fabio Capello atau Mourinho merupakan pelatih yang
hebat, tapi dapatkah mereka menjadikan tim sepak bola dusun yang baru belajar
menendang bola menjadi juara dunia dalam 10 tahun..?
Tapi saya sadar, inilah resiko yang harus saya
terima saat mencalonkan diri sebagai pemimpin bangsa ini.
Mari kita serukan: Hentikan kekerasan & Perang di Seluruh Tanah Indonesia, Hingga Ujung Bumi
Mari kita serukan: Hentikan kekerasan & Perang di Seluruh Tanah Indonesia, Hingga Ujung Bumi