Saturday, December 13, 2014

Ketika Tiu Membenci Namanya Sendiri


Cuma sedikit orang yang tahu kenapa Tiu ngga terlalu doyan perempuan.

(dan cuma sedikit juga orang yang bisa  mencerna  istilah ‘doyan’ perempuan.  Emanknya perempuan emping melinjo)

Ibu adalah sosok indah yang harusnya di muliakan.  Bahkan nabi-nabi merekomendasikan hal tersebut.

Ibu bagaikan mentari yang hanya memberi dan tak harap kembali, yang di bawah telapak kakinya bersemayam surga.

Tapi  perjalanan sejarah manusia melukiskan betapa banyak wanita yang  harusnya mendapat kehormatan seperti itu, justru mempermalukan dan membuat dunia menangis.

Sayangnya, satu dari wanita tersebut  adalah ibu Tiu.


-----------------------000----------------------

Waktu Tiu SMP kelas dua pertengahan, ketika pulang sekolah, dia ngeliat motor bokapnya di depan rumah.  Ngga biasanya.  Karena jam segitu harusnnya di kantor.  Sambil ngendap-ngendap, Tiu masuk dari dari dapur tanpa menimbulkan keributan.  Di dapur sempitnya dia ngeliat bokapnya duduk di lantai sambil nyiumin tangan ibunya yang duduk di bangku dengan ekspresi datar.  Walau muka bokapnya telungkup di punggung tangan ibunya tapi Tiu yakin bokapnya lagi nangis, coz punggung tangan ibunya basah.

Tiu heran sangat.  Pasalnya, sejak dia ngerti hidup, dia baru 2x ngeliat bokapnya netesin air mata.  Pertama waktu di depan peti om Albert, sahabat kentalnya yang meninggal karena serangan jantung, dan kedua oma, ibunya bokap yang meninggal 4 tahun lalu.

Dunia bagaikan terbelah 114 waktu Tiu tahu persis persoalannya.  Ternyata ibunya udah 5 bulan lebih selingkuh sama bekas pacarnya waktu SMA.  Dan saat itu ibunya ngomong ke bokap bakal pindah ke Bali ngikut selingkuhannya yang sering ngerjain proyek di sono.  Dalam bahasa yang bisa Tiu pahamin, nyokap minta cerai karena ngga tahan sama hidup yang pas-pasan, karena bokap cuma sopir truk sampah.


Hormon kelaki-lakian Tiu yang mulai bergejolak, membara, dan menyeruak menembus batas logika manakala menatap indahnya gemulai  wanita, redup perlahan.  Dendam dan amarah memenuhi jantung dan rongga paru-parunya yang berusaha mengeja kata cinta.

Baginya, lagu-lagu manis yang berkisah tentang cinta hanyalah bualan sakit jiwa

-----------------------000----------------------


Waktu muda,  Simon, bokapnya, adalah pria ganteng yang suka gonta-ganti pacar.  Anehnya, kebiasaannya langsung berhenti total waktu pacaran sama Yanti, ibunya, hingga akhirnya  nikah.

Tiu sangat menghormati bokapnya yang walau cuma sopir truk sampah, tapi ngga lantas nyerah gitu aja untuk menambah pendapatannya.  Tiap pagi bokap bangun jam 4 buat bikin bubur kacang ijo, trus di jual sampe jam 06.30, sebelum berangkat ke kantor.  Trus setiap habis kerja, bokap ngojek sampe malem.  Energinya seolah ngga pernah abis buat kerja.

Sebagai anak-anak, Tiu ngga pernah nyadarin kalau apa yang di lakonin bokapnya adalah sebuah perjuangan keras, karena di otaknya, hal begitu adalah lumrah yang juga dikerjakan banyak bapak-bapak, hingga dia tumbuh dan menyaksikan betapa ibunya  kurang mendukung semangat juang bokap.  Makanya dia sering bingung sama kata-kata yang sering dia denger: ‘slalu ada wanita hebat di samping pria sukses’ 

 Mulanya dia juga berpikir kalau apa yang dilakonin ibunya dalam keseharian juga sesuatu yang biasa di lakukan ibu-ibu lain: bangun tidur jam 08.00, dan langsung nongkrong di depan TV sambil nyeruput teh yang udah disguhin bokap, terus mandi, nggosok kutex, lalu nyatronin sekumpulan ibu-ibu lain yang ngga jelas bikin apaan (yang pasti ngga lagi mandiin tuyul, ato ngorek kuping singa baru beranak). 

Lantaran dari kecil Tiu besar dengan perspectif ibu selalu mulia, jadi ngga pernah sedikitpun disadarin kalo  apa yang di lakonin ibunya udah bukan lagi sesuatu yang normal.  Apalagi kalo ditambah efek-efek keagamaan. Mana berani  nuduh ibu sebagai ngga lagi mulia.

Setelah kejadian yang dialamin bokapnya-lah baru Tiu sadar kalo sebenarnya pria sama wanita tuh ngga ada bedanya.  Karena di jaman ini, kejahatan terjahat dan kebaikan paling agung ngga dibatasin sama apa yang namanya jenis kelamin.  Wanita yang yang lebih biadab dari iblis sama banyaknya sama pria berhati malaikat.  Dan jumlah pria paling bejat kadar cabulnya, selalu diimbangi oleh wanitanya.  Hehehe,...emangnya pria dibilang cabul lantaran mencabuli roller coaster.  Emangnya pria yang doyan selingkuh, selingkuhannya Xenia matic.  Hehehe,....oli matic, sehidup semetic kaleee.

Temen Tiu pernah cerita ketemu perempuan secantik barby yang super alim.  Bantal tidurnya aja  kitab suci, pendiem, dan sekali ngomong kata-katanya penuh muatan pasal dan ayat di kitab suci.  Pokoknya tipe wanita agung  yang di dambakan  banyak laki-laki sebagai bakal ibunya anak-anak.  Simpelnya, cuma pengen pegang tangan aja temen Tiu keringetan lantaran takut ngotorin kesucian si barby.  By the way, astaga naga, baru dua hari jalan bareng, si Barby dengan kesadaran dan penuh ke ikhlasan, rela nyopot celana dalemnya sendiri waktu di ajak muter-muter sama mobil X-Trail bokapnya waktu ngelintasin perkampungan yang juga kebetulan lagi sunyi.  Barby nuntun tangan temen Tiu merambahi areal gelap di antara dua paha mulusnya.  Perut temen Tiu mual tiba-tiba.  Parahnya lagi, si-‘otong’ di dalem celananya yang jarang banget terkulai, malah kisut tanpa alasan selama ampir dua minggu.  Ekpektasinya tentang sosok wanita agung langsung nyungsep ke titik nadir.  

Harusnya kan emang bukan keanehan kalo di jaman edan ini masih banyak pria yang pengen percaya kalau wanita agung dan mulia bukanlah mahluk langka yang hampir punah kayaq Komodo.  Terlepas dari layak atau tidaknya pria itu sendiri berharap seperti itu.  Loh, bukankah hukum alam sudah menetapkan seperti itu ?  Dan kita semua tahu akibatnya kalau ingin menentang hukum alam.

Mungkin itu sebabnya kalau gonjang-ganjing kesetaraan gender tetap kedengaran aneh.  Karena kesetaraan yang paling setara ada ‘ketidak setaraan’.  Dari dulu pria tahu di mana posisinya.  Makanya tuntutan kaum wanita akan kesetaraan gender justru membuat jurang yang tidak pernah, dan seharusnya memang tidak ada.

Tanpa bicara embel-embel agama-pun, hewan jantan dan betina yang tinggal di hutan tahu tugas dan fungsinya masing-masing.  Ah, tapi kan kita bukan hewan.  Oke,..oke,..kita manusia.  Trus, bagaimana kita harus mengistilahkan manusia yang melahirkan, dan yang tidak melahirkan ? Apakah manusia yang melahirkan bisa melahirkan kalau dibuahi juga oleh manusia yang melahirkan ?  Tuh kan, hukum alam ngga bisa dilawan.  Karena mau ngga mau, kita harus memberikan nama atau anggaplah istilah sebagai yang melahirkan, dan yang membuahi sang pelahir.

Karena kesetaraan yang paling setara adalah ‘ketidak setaraan’.  Ada pria, dan wanita untuk membuat alam berjalan sesuai hukumnya.  Tuntutan kesetaraan adalah upaya melawan kesetaraan itu sendiri. 

Bukankah tanpa penuntutan, wanita bisa jadi apa yang wanita inginkan bagi dirinya sendiri ? 

Gonjang-ganjing tuntutan kesetaraan hanyalah bentuk kegelisahan semu yang tidak sabar menanti jalannya waktu untuk menjadi seorang Mentri, Profesor, Doktor, Presiden, atau Ratu.


-----------------------000----------------------


Tiu ngga pernah ngerasa begitu terenyuh sampai dia dapet 4 lembar surat bokapnya buat nyokap, waktu  dia ngumpulin surat, dokumen, dan semua perlengkapan bokapnya sebelom ninggalin rumah yang dengan ikhlas dia serahin ke nyokap.

Surat-surat tersebut dikasih bokap tiap HUT nyokap, walau kelihatannya udah bekas di remas-remas, dan dirapihkan lagi.


Surat ke satu

Dear Yanti,

Malam ini adalah tiga hari sebelum HUT kamu ke 22.  Uh, betap susahnya nyusun kata demi kata yang bisa ngungkapin apa yang kurasakan njalanin hari demi hari dengan kamu.  Bahagia bahkan terasa sangat sederhana.  Karena masih sulit ku percaya kalau aku akan menjalani indahnya hari-hari ke depan sambil mengagumi,  mencintai, dan memuja  kamu seumur hidupku.

Rasa syukurku pada Tuhan tak kan habis karena anugerah terindahNya berupa dirimu.


Surat kedua

Yanti tercinta,

Malu sebenarnya ngungkapin ini ke kamu.  Tapi aku mau selalu terbuka sama kamu.  Tadi aku nangis waktu denger jeritan bocah ganteng kita di ruang bersalin.  Kamu adalah  wanita sempurna seumur hidupku.  Kau telah mempertaruhkan nyawamu untuk duniaku. Ah, kamu memang luarbiasa.  Bahkan saat ngasih nama buat putra pertama kita, Matius Leonard Tambanawung.


Tiu ngga pernah nyangka bakal membenci namanya sendiri sejak itu.  Karena namanya adalah pemberian ibunya.  Dan Leonard adalah nama bekas pacar ibunya.

Ibunya adalah sosok yang harus belajar arti ‘lahir baru’


Ketika kita sadar bahwa kehidupan tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan, sadarilah bahwa harapan itulah keindahan yang tidak boleh kita lepaskan.


(nama, tempat dan kejadian cuma fiktif.  Kalo kebetulan sama ama nama loe,..,aduh sial amat loe,,,)

Monday, October 27, 2014

(Sambungan dari...) Temen ke Lima


Bagian sebelumnya Klik ini aja  

Obrolan kita terhenti waktu lewat seorang pria dan wanita berumur sekitar 40 ‘an, diikuti 2 perempuan yang kelihatannya kakak-beradik.  Yang besar mungkin sekitar SMA, dan adiknya SD.  Mereka tampak begitu mesra.  Tangan kanan pria nggandeng wanita yang pasti istrinya, dan tangan kirinya dikalungkan ke bahu perempuan yang lebih besar, sambil nyubitin pipi tembem perempuan yang paling kecil di sebelah kakaknya.

Kezia keliatan terpukau.  Pandangannya ngga berpindah sedetikpun dari  kemesraan keluarga kecil di depannya.  Gue yakin bukan lantaran ketampanan laki-laki dewasa yang dipanggil papa oleh dua gadis remaja yang pasti anaknya.

Gue selalu terkesima sama keharmonisan kayq gitu.  Karena gue yakin kalo kedamaian umat manusia  banyak di cikal bakalkan dari apa yang kita sebut rumah tangga  sekilas mata Kezia tampak berkaca-kaca (tandanya terharu.  Masa bersemen-semen,...emanknya doski toko bahan bangunan)

Oh M G, asli,..emang cuantik banget nich cewek sinting.  Entah karena emang terpesona, ato emang stylenya yang keren, di mata gue, setiap gerakan yang dia lakonin koq kliatan Anggun banget, Megan Fox banget, Angelina Jolie banget, Salma Hayek banget, Kom,...ups,..gila apa,..masa Komeng banget.  Cuman yah gitu deh, sebagai pria yang gak mau di cap murahan, gue yang walau sangat terpesona, kudu konsisten menjaga eleganitas dan kadar garam (asinan kaleee).  Makanya haram hukumnya buat gue melotot dan melongo bersamaan manakala natap keelokan mahluk serupawan apapun yang melintas.  Termasuk yang di depan gue ini.  Gue pura-pura sering nengok ketempat lain, supaya dia berkesan kalo gue ngga terlalu terkesima.

Sialnya, ngga jarang kejadian, pas gue bersikap gitu, eh malah banyak cowok yang jauh lebih keren dari gue ngelirik malu-maluin sampe kejedot tiang, nabrak dinding, ato nyungsep sukses ke gerobak sampah.  Amit-amit jabang kakek.

Btw, entah kenapa di pandangan kebanyakan orang, terkadang sosok seseorang tampak begitu menarik bukan ketika lagi bersolek abis-abisan dengan busana-busana atau perhiasan terbaiknya, justru malah ketika mereka secara alamiah dan tanpa sadar, menampilkan kerapuhannya.  Atau itu yang orang bilang kalo aura ‘kekuatan’ seseorang terkuak justru di saat-saat paling rapuh dalam hidupnya.  Walahualam.  Cuman yang pasti, ngga lama berselang Rolly malah udah sukses ngorok di sofa bandara.  Aliran bening mengalir perlahan dari ujung kiri mulutnya.  Kita biasa nyebut cairan tersebut sebagai iler.

Rolly mendapati dirinya di dalem pesawat, yang anehnya cuma dia sendiri penumpangnya, bareng pramugari dan pilot.  Ah gila, rupanya dia baru tidur, dan tersadar lagi naik jet pribadi.  Cuman dia bingung sama tulisan yang ada di jet tersebut.  Karena kan biasanya kalo di pesawat komersil yang umum, ada tulisan kayaq Lion Air, Garuda, Silk Air, Singapore Airlines, dsb, beserta lambang-lambangnya.  Tapi koq ini tulisannya malah *Gonofu Airlines (*artinya sabut kelapa dalam bahasa melayu Minahasa) dengan lambang sabut kelapa kering.

(nada sela: ngomong soal nama pesawat, kenapa sich armada penerbangan kita kerap ngambil nama hewan yang performancenya ‘gagah’ dan garang kayaq  Lion, Garuda, Bouraqe ? Emangnya apa yang salah sich kalo dinamain Upil Air, Kambing Air, Kecoa Air, Ketombe Air, Kutu Air, ato Lele Air.  Emang sich pertama kedengerannya janggal, tapi toh lama-lama terbiasa juga.  Kan keren kedengerannya kalo pas di bandara ada panggilan dengan pengeras suara: “Panggilan-panggilan kepada saudara Dudunk Tilaar dan Slamet Woworuntu, untuk segera naik ke pesawat Upil Air dengan nomor penerbangan U19, karena akan segera berangkat....”)   

Dan yang ngga kalah mengherankan adalah remah-remah dan sedikit sampah yang berserakan di sekitar tempat duduknya.  Soalnya seinget Rolly, dari cerita-cerita temen-temennya yang sering ke luar negri, makanan yang disajikan di pesawatnya tuh lumayan elit.  Ada juice, wine, bir, buah anggur, melon, daging ayam, udang, dan lain-lain yang berbau internasional-lah.  Beda banget sama sampah-sampah yang berserakan di sekitarnya: bungkusan kuku bima sachet, jamu Sabdo Palon, kulit telor rebus, potongan asem jawa, ketumbar, potongan belimbing botol yang abis digigit, ekor kadal kering, obat nyamuk bakar, kulit duku, kulit melinjo sama sepotong dupa yang masih ada asepnya dikit.  Ya ampun, ini jet pribadi ato kamar mbah dukun sich, Rolly mbatin.

Rolly akhirnya cuek sambil pasrah nrima kenyataan jetnya udah sampe dan pintu kebuka.  Pilot dan Pragawati yang cantik kayaq Julie Estell berdiri di depan pintu sambil senyum, dan berharap Rolly cepetan turun.

Di ujung tangga, Rolly terkesima sama pandangan di bawahnya.  Karpet merah memanjang dengan deretan manusia yang berbaris sambil tersenyum dan melambai-lambaikan sesuatu di tangannya.  Ada pampers, texedo, bantal guling, celurit, kunci Inggris, pemukul  kasti, sampe kutang.  Rolly nengok ke belakang untuk ngeliat kalo ada VVIP yang ngekor di belakangnya.  Nihil. Zero.  Berarti mereka nyambut gue dong. Pikirnya ajaib.

Dia terhuyung sedikit, deg-degan, dan megang tangga, waktu pandangannya di fokuskan ke puluhan penjemputnya.  Ada yang sangat dikenalnya, tapi banyak juga yang antara lupa-lupa inget.

Singkatnya, Rolly turun dan jabatan secara berurutan: Bekas presiiden Indonesia pertama, Soekarno, Barrack Obama, MarK Zucenberk, Sinchan, Idi Amin, pak Raden, Adolf Hitler, Cinderella, Hirohito, Simon Perez, Ayatollah Khomeini, Christopher Colombus, Abraham Lincoln, Lady Diana Spencer, Warren Buffet, Patih Gajah Mada, Ken Arok, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, Pangeran Diponegoro, Rashid dan Misbun Sidek, Sven Pri, Tjun-tjun dan Johan Wahyudi, Alexander Graham Bell, Polpot, Stalin, Hans Christian Andersen, James Bond, Paus Johanes Paulus ll, Jacky Chen, Aladin, S. Bagyo, Bing Slamet, Bill Cosby, Moamar Khadafy and John Lenon.

Setelah saling jabat tangan, tanpa di komando mereka masuk ke bis kuning gede yang ada tulisan ‘School Bus’ sambil ketawa-ketiwi, cubit-cubitan, jambak-jambakan, malah ada yang sempet-sempetnya gigit-gigitan. Hehehehe.....malu-maluin aza.

Pas didalem, John Lenon ngambil gitarnya, trus nyanyiin Imagine-nya yg paling legendaris. Suasana berubah hening.  Hanyut sama harapan dalem lagu tersebut.  Harapan akan perdamaian.

Kemudian tanpa sadar, Moamar Khadafy gandengan tangan sama Ronald Reagen, Obama, Simon Perez, Khomeini dan Paus Johanes Paulus ll.

Konyolnya, pas lagu abis, semua ketawa bareng sambil dorong-dorongan kepala. Khomeini noyor kepala Paus Johannes ll, Simon Perez noyor kepalanya Khadafy, Soekarno noyor Obama, Sinchan noyor Zucenberk, Ken Arok noyor James Bond, dan,.....semua nahan napas waktu Patih Gajah Mada yang lantaran saking senengnya, reflex nggemplang kepala Rolly pake gadanya yang extra gede.  Lebih gede dari palunya Thor.

Rolly kaget setengah mati dan terbangun dari mimpi anehnya.  Dan wajah cantik yang lagi senyum di depannya bukan muka Patih Gajah Mada, tapi  Kezia Grace Dumais yang setengah mati mbangunin Rolly yang tertidur pulas.

Eh kuya, cepetan yo, lap tuh iler loe.  Pesawat udah mau lanjut ke Manado tuh. Lu mau tidur terus di sini ?”

Lagi-lagi jantung Rolly deg-degan ngeliat betapa cantiknya Kezia yang rupanya udah ganti kaos biru tua bergambar John Lenon niup seruling di atas onta. 

Ketika pesawat udah mulai terbang, Rolly mejamin matanya sambil berusaha  nginget mimpi aneh tadi.

Emank raport Matematika gue ngga pernah lebih dari 6, dan Sejarah gue ngga pernah turun dari 8 sejak SD kelas 4.  Tapi koq bisa-bisanya gue mimpi jadi panitia reunian tokoh-tokoh dunia.  Cuma sayangnya  Eva Arnaz sama Marilyn Monroe  ngga hadir

Tuesday, August 12, 2014

Temen ke- Lima: Kezia Grace Dumais




Temen gue yg ini adalah sekeping  mahluk manis dari jaman prasejarah yang bereinkarnasi jadi manusia.  Loh koq,..iya, kemungkinan besar dulunya dia adalah kalajengking.  Hehehe....

Pertemuan yang akhirnya gue syukuri sebagai salah satu anugerah di hidup gue ini terjadi di pesawat, waktu gue balik dari Jakarta  buat wakilin ortu di acara nikah sepupu gue di Bogor.

------oooooooooo-----

Mengingat Jakarta adalah teritori asing yang cuma gue kenal dari TV, koran dan bacaan lain, makanya sebulan sebelom berangkat gue ngotak-atik internet buat nyari keterangan, gambar dan sebagainya tentang situasi di Bandara Soetta.  Belom ditambah sama telephon dan sms ke sudara sepupu gue buat njemput  seblom gue nginjekin kaki  di tanah sakti bernama Jakarta itu.

Jawaban sepupu gue selalu sama setiap gue telphon

 Iya Rolly, gue pasti jemput...”

Beres sepupu, gue udah pesen tenda koq buat camping di parkiran bandara..”

------oooooooooo-----

Proses penjemputan sukses dilakonin sekitar 25 sanak family dan rekan-rekan sepupu gue yg ngga tau gimana caranya sudi diseret paksa dari jam 03.00 WIB pagi, padahal pesawat nyampe jam 10.15 WIB.  Malah ada 3 anak muda yang masih pake sarung, tanpa alas kaki.  Ada juga yang mulutnya masih penuh busa odol karena belom sempet kumuran.

Singkatnya lagi, gue berhasil menghadiri undangan nikah tersebut, dan sukses makan besar sambil mbungkus jenis makanan-makanan  yang baru kali itu gue cicipin. 

Waktu pengen balik Manado, sudara sepupu gue mbeliin kerak telor, nasi kucing, dan tales Bogor buat oleh-oleh.  Soal nasi kucing, tadinya gue pikir nasi yang dalemnya  daging kucing tanpa tulang, ato nasi buat makanan kucing.  Ternyata gue salah.  Karena untuk kucing segede gue, nasi seukuran gitu harus 15 bungkus buat menuhin perut gue yang imut.  Sedang untuk oleh-oleh 50 bungkus cukuplah.

------oooooooooo-----

Akhirnya gue harus balik ke tanah leluhur dengan  7 pengantar.  Dan kekisruhan berawal dari sini.  Coz (kalo gak tau coz,..loe bisa terjemahin:  karena) gue ngga pernah paham sama istilah transit dalam dunia penerbangan.  Coz  bus ato mikrolet di Manado ngga kenal istilah transit.  Kalo pangsit sering.  Kuah sama goreng.

Karena pengalaman pertama waktu berangkat dari Manado ke Jakarta, jadi gue ngga lagi terkesan udik. Gue berlaga seolah bolak-balik naek pesawat  adalah ritual rutin.  Lagian kan di koper ato jaket penumpang laen juga ngga ada tulisan: udah 5x naek pesawat (berarti 10 x.  Krn 5 x naek, kan artinya 5 x turun juga).  Kalaupun mereka kliatan udah familiar, trus, apa bedanya ama gue.

Kadang kita emang konyol deh.  Perkara udah pernah ato belom naek pesawat aja  sering dipersoalkan.  Padahal kan aktifitas tudia kita lakonin lantaran ada kepentingan.  Masa dari Manado ke Jakarta mau naek bendi.  Tuh Santa Claus aja wara-wiri terbang sama kereta kijang ngga pernah ngaplot tiketnya di fb,...hehehe.
------oooooooooo-----

Oke, jadi ceritanya pas udah duduk tenang dalem pesawat sambil mbaca pedoman keselamatan penerbangan, dateng cewek, dan duduk di sebelah kanan gue.  Ngga lama kemudian dateng lagi seekor cewek lain, dan ngambil tempat di sebelah kiri.  Saat itu juga cita-cita gue sejak anak-anak kesampaian:  jadi James Bond pertama yang berkulit, dan bergigi kuning.

Gue ngga tau apa yang ada dibenak cewek- cewek di samping gue.  Sepintas waktu gue lirik, aer muka mereka perpaduan seneng, heran, sekaligus curiga.  Seneng lantaran kan face gue cuma beda 1,4 skala richter sama Choi Miwon,..upss,..maksudnya Siwon. Tau donk  aktor Korea  yg kegantengannya bikin banyak perempuan sudi nggerogotin kusen jendela,..hehehe.  Curiga, lantaran koq Siwon sowan sendirian ke Manado.  Kan gak mungkin dia jadi MLM ginseng, obat penghilang panu.  Tapi yah udahlah, biar aja mereka bahagia mengapit gue.  Kan bikin orang happy adalah ke-happy-an yang mulia.
from mbah google

Khayalan gue cuma seumur cis kacang buncis ecle,...bersamaan dengan munculnya sosok pecinta wafer tanggo tiramisu (dikantong sweaternya ada 19 biji) “Maaf pak, seat saya 28 B.  Boleh liat tiket bapak ?” Bongkahan wafer menyeruak di sela-sela gigi  gingsulnya.

Pas melototin tiket, dengan elegan gue pindah ke tempat yang seharusnya.  Sory ya salah liat.  Itu juga yang sering bikin saya tekor lantaran sering salah mbedain mana 100 ribu, mana 2 rb..”

Pas baru 20 detik duduk, dan pesawat siap terbang,...

Yang tadi salah liat apa sengaja mas ?” Desahan suara alus menyelinapi labirin kuping gue.  Tadinya gue pikir suara peragawati yang nawarin juice ato wine.  Tapi gue liat mereka udah diposisi masing-masing.  Trus gue nengok ke belakang, ada perempuan muda yang mbungkuk kayaknya lagi ngiket tali sepatu.  Di sebelahnya, nenek sama suaminya yang lagi kompak komat-kamit, mungkin lagi ngapalin rumus Sinus, Co sinus, Tangen buat ujian nasional.

Sssst,...gue sering ngeliat kelakuan basi yang kayaq loe lakonin tadi.  Loe udah ngintip kan nomor tiket tuh cewek waktu boarding tadi,...”

Pas gue nengok ke belakang, wuaaahh,..seonggok mahluk cantik nan manis yang anehnya suka pusing urusan orang, nyinyir, and Sok Kenal Sok Deket, baru kelar ngiket sabuk pengamannya.  Tadinya gue kira Kirana Larasati, langganan jamu nyokap gue,...hehehe.  Mirip banget.  Cuman doski lebih padet dan tinggi ketimbang Kirana,...hehe....moso ketimbang Ade Ray.
gbr dari google

Beberapa jam kemudian gue diperhadapkan sama istilah ‘transit’ yang didengungin secara formal dari corong-corong pesawat.  Ya musti formal dong,..masa nyampeinnya gini:

woooi,..sebelom ke Manado, kita kudu transit ngga lama di Surabaya,...oke sob ?’

------oooooooooo-----

Sebenarnya sih gue pengen nanya, cuman level tengsin (tengsin = malu) gue mencegahnya.  Ntar ketauan donk ini penerbangan perdana gue.  Jadi buta-buta, gue turun bareng penumpang laen, sambil ngelirak-lirik, kali aja ada satu ato 2 ekor yang sama udiknya kaya gue.  Nihil.  Semua kliatan familiar banget sama pesawat.  Walau sisa dingin pesawat masih ada, tapi gue udah keringetan duluan. 

Gue nurunin tangga pesawat sambil ngeker face-face Manado.  Kali aja ada yg gue kenal.  Wah,..zero.  Ngga ada yg gue kenal, apalagi ngenal gue.  Aha,..sekitar 10 meter di depan, gue ngeliat Kirana Larasati palsu yang tadi ngisengin gue.  Gue tambah speed buat ndeketin doski.  Kali aja dia juga ke Manado.  Pas deket, gue liat di kupingnya ada  dua penyumbat yang mereka sebut hetset.  Mmhh,..mungkin dia lagi ndengerin tutorial cara bikin kue.  Ah, tapi ngga mungkin orang pake hetset buat ndenger petunjuk bikin kue.

pertama, kocok 200 butir kuning telur cicak yang putihnya udah kamu telen lebih dulu, lalu campurkan perasan empat lembar lidah buaya, aduk hingga rata,...kemudian teteskan 87,5 tetes citrus, 23,5 tetes minyak tawon, kemudian masukan 0,5 kg cangkang kepiting yang udah di blender,....’

Welah dalah,..itu bikin kue apa adonan batu buat candi Borobudur sih.  Hehehe,...

Btw, ngomong soal ndengerin lagu pake hetset, kira-kira berapa banyak ya anak muda yang waktu di bandara, ato terminal bis Transjakarta, ndengerin lagu-lagu perjuangan ?  Misalnya, Garuda Pancasila, Indonesia Raya, Rayuan Pulau Kelapa, Padamu Negri, dsb.  1 dari 400 juta kali ya,...wkwkw.

Yah, kita balik ke Kirana Larasati tiruan.

Gue berhasil ngikutin doski sampe ke,...loh,..loh hehehe,..dia ke wc mau pipis.  Jelas gue ngga ikut dong.  Gengsi...

Sekeluarnya dia dari WC gue njajarin langkahnya, dan,...(sory,..gue terpaksa nyensor dialog gue sama Kirana tentang kebingungan gue soal transit....soalnya bagian ini dialog tingkat tinggi yang,...mmmhh,..gitulah,...you know wahat i mean-lah)

Yang perlu loe tau,...ternyata dia juga mau ke Manado, dan dia asli Manado.  Aleluya...huhuuuuyyy.  gue dapet temen.

Kitapun ngobrol (walau obrolan ini banyak nyakitin hati gue, tapi terpaksa gue ngga sensor, lantaran gue hutang Budi, hutang Iwan, dan hutang Wati sama dia....)

------oooooooooo-----

loe ngga usah kepedean deh.  Jujur, buat gue loe ngga cakep.  Jadi ngga usah berharap  kali-kali aja gue termakan rayuan loe, sampe kehilangan akal sehat dan sudi jadi pacar loe.  Cuman batin gue yakin loe orang baik, dan otak loe ngga mesum.  Itu lebih dari cukup buat gue....” Si-cantik yang ternyata cerewet pangkat tujuh nyerocos tanpa perasaan, sambil diem-diem ngelirik om-om ganteng yang nggendong bini,...ups,..maksudnya anak kecilnya.

Untung gue pernah sedikit berguru sama motivator Amrik yg kesohor, Antony Robbins, sampe bisa nahan gelombang kata-kata tak berprikemanusiaan tadi.  Dan lebih untung, lantaran kata-kata tersebut asalnya dari mahluk cantik bermulut indah.  Kalo ngga, mungkin udah gue telen idup-idup sebelum dia narik napas ke-47.

Loe cucunya mama Laurent ?”

Maksud loe ?”

Loe tau dari mana gue orang baik, otak ngga mesum-lah,…trus, yakin banget kalo gue sudi jadi temen loe

Kalo loe jahat kan pasti udah loe rampok emak-emak yang mirip toko mas berjalan sono.  Trus kalo loe mesum, ngga mungkin gantungan kunci di tas loe Tedy Bear, paling ngga patung  mesumnya Madonna….hahaha.  And gue yakin loe bukan cuma pengen jadi temen, tapi malah berharap njadiin gue pacar.  Cuman loe ngga pede lantaran gue terlalu cantik.  Iyo toh,...hahaha,..hayo ngaku ajalah, ngga usah malu, cuma kita berdua koq yang tahu

‘sialan banget nih siluman kutu.  Ratunya songong’ Gue sampe bingung cara mbedain sedih dan gembira.

Gue akuin loe cakep.  Tapi bukan kali ini gue ketemuan mahluk secakep loe.  Cuman baru ini kali gue takjub ada mahluk sesongong loe,…” Gue ogah  ditekuk tanpa syarat gitu aja.

Ngga di duga, tuh cewek merapat ke gue.

Gue Kezia Grace Dumais.  Panggil aja Echi.  Loe bener-bener menyedihkan tau ngga.  Terlalu polubi untuk ukuran anak muda, karena ngga bisa mbedain mana songong, mana fakta.  Kalo tampang gue blangsak tapi belaga keren, baru boleh loe bilang songong.  Tul gak ?” Si-cantik ngomong sambil berbisik.  Aroma harum yang merebak dari sendi-sendi tubuhnya yang sempurna membuatnya salah duga sama sekali, karena detik itu juga gairah kelaki-lakian gue merangkak keluar dari singgasananya. Etika dan harga diri yang mengendalikan cakar-cakarnya menerkam mangsa.  Hehehe......

Btw, sekarang loe jujur ama gue,…kalo misalnya,…ueeek,  gue suka ama loe.,……hehehe,  emang loe masih waras buat  nolak ?”  Dia ketawa ngakak kayaq ngomong sama orang yang udah kenal ribuan taon.  Anehnya, gue justru ngerasa nyaman banget sama perempuan sinting ini.

Gue Rolly Mandagie…” Sekali lagi gue ngirup aroma parfumnya yang seolah punya kekuatan magis.  

Eh btw, apaan tuh polubi ?” Penasaran banget gue.

Ah udah ah, kita ngobrol yang laen aja

Loe Dumais dari mana sich ?”

Ya dari bokap dong, masa nyokap.  Kan loe tahu kalo fam Minahasa cuma turun dari laki-laki,..pake nanya

Ya tau-lah.  Maksud gue Dumais asal daerah mana ?”

Ya Minahasa-lah, masa Puerto Rico..”

Ngga, soalnya kan di salah satu daerah di Spanyol, ada nama-nama peralatan dapur sama ama fam loe, Dumais.  Kali aja nenek moyang loe nyiplak nama alat-alat dapur  di Spanyol buat di jadiin fam..”

Setan, ngarang aja loe…”

Loh, gue kirain loe smart banget, dan tau semua…” Gue nahan tawa ngeliat air mukanya sedikit berubah.  Dia malah ragu-ragu gue ngomong bener ato cuma nge-abunawas. 

Sialan loe.  Gue Dumais Airmadidi kalee…”  Dia muter-muter sebilah rambut panjangnya yang ngejuntai di depan muka kayaq julur-julur akar beringin.  Detak jantung gue mendekati 70 km/jam.

Bersambung ke Klik ini aja....

Tuesday, August 5, 2014

Siklus ‘Tinutuan Terakhir’



Sob, mungkin ini kali pertama loe singgah di blog gw, dan mungkin loe bingung, ‘nich apaan sich koq temen keempat’,...koq baca episode sebelumnya,...dsb.  Jadi  storynya, gw lagi bikin tulisan yg judulnya ‘Tinutuan Terakhir’, cuman kalo gw nulis sekaligus klar, kan orang bisa bete and mual-mual, perih kembung,...hehehe, makanya gw bikin secara bersambung.  Itulah sebabnya ente bakal dapat tulisan: ‘ikuti kisah selanjutnya klik sini aja’ di tiap akhir tulisan, ato : ‘baca episode sebelumnya ’ di tiap awal tulisan.  Dan sebagai info, nidia rangkaiannya:




1.       When Rolly Meet Sumarno
2.    Ketika Bokap Rolly Menentang William Shakespeare
3.    Temen-temen sinting.
a.       Temen kesatu: Matius Tambanawung
b.      Temen kedua: Riijsman Gaghana
c.       Temen ketiga: Youla Mince Moningka
d.      Temen keempat: abraham Timbuleng
e.      Temen ke-Lima: Kezia Grace Dumais.

selanjutnya...? Hehehe,..belom tau. Tunggu aja kalo mau.