Mungkin anda pernah melihat,
entah di film, medsos, selebaran atau apapun, tentang betapa banyaknya orang di
luar sana yang tanpa perasaan sama sekali, menghina, menghujat, bahkan melecehkan Yesus Kristus dengan sedemikian
kejinya.
Kita juga kerap mendengar tentang
ratusan, bahkan mungkin jutaan rumah ibadah dan Gereja yang di rusak dan di
bakar sejak era presiden Soeharto. Belum
lagi jutaan pengikut Kristus yang dianaya, bahkan di bunuh karena imannya pada
Kristus.
Kita marah, sakit hati, dan kecewa. Kita bahkan sakit hati bukan semata karena
semua perlakuan tidak adil itu. tapi
lebih pada diamnya Allah dlm Kristus Yesus akan semua kekejian itu. Allah terlihat bagaikan domba lemah tanpa
daya apa-apa yang bulu-bulunya dibotaki, lalu di giring ke tempat
pembantaian. Allah lebih sering tampil
bagaikan lelaki renta yang buta, tuli, cacat dan terdiam di sudut selokan
bau. Allah melukiskan diriNya sendiri sekarat
dalam keabadian.
Allah yang kita sembah sebagai
Singa dari Yehuda, Gunung batu yang teguh, penolong yang ajaib malah lebih terdengar
bagaikan kisah dongeng 1001 malam, pengantar tidur anak-anak.
Dalam salah satu fim berjudul
‘Tears of The Sun’ komandan pasukan Amerika yg gagah berani, yg di bintangi
Bruce Willis, dengan tampang penuh kekuatiran dan ketakutan, berkata memelas:
“Bahkan Tuhan-pun sudah meninggalkan Africa”
Philip Yancey, seorang jurnalis
Kristen senior menulis beberapa buku tentang “Diamnya Allah” dari jeritan
pengikutNya. Salah satu yang fenomenal
adalah “Where is God, When it Hurts”
Pertanyaan yang sama yang telah
terngiang sejak berabad-abad lampau dalam sanubari pengikut Kristus, yang
bahkan belum juga menemukan pencerahan hakiki tentang ‘Mengapa Allah lebih
banyak berdiam diri dalam penderitaan umatNya’
Hmmmm,…tanpa pernah
sungguh-sungguh kita sadari, Allah telah mengisyartkan hal itu jauh sebelum
kita percaya pada Yesus Kristus.
Bukit Golgota adalah kunci dari
semua pertanyaan nelangsa itu.
Di sana, di tempat terbuka yang
panas teriknya di perkirakan mencapai 45
derajat Celcius, Sang Pencipta semesta alam, membiarkan diriNya dipermalukan,
di hina melewati level kemanusiaan yang paling rendah. Tergolek lunglai dalam ketidakberdayaan.
Fenomena paling memalukan
ditampilkan di hadapan mata orang-orang yang percaya bahwa DIA lah penguasa
alam semesta raya.
Stop…..
Sekarang bayangkan kalau situasi
itu terjadi nyata saat ini.
Allah dlm Yesus Kristus, yang
kita sembah dan puji siang dan malam, di Gereja, ibadah padang, kolom, kaum
ibu, kaum bapa, remaja dan pemuda, dsb.
Yang namaNya di Agung-agungkan oleh berjuta Evangelis, Pastor, Pendeta,
Gembala, lewat khobah-khotbah spektakuler dengan beribu mukjizat kesembuhan
atas namaNya di Stadion, TV,
chanel-chanel Rohani internasional, dsb, tampil total memukau sangat memalukan. Telanjang dan menahan kesakitan yang
memilukan. Sungguh memalukan.
Saya sendiri tidak
yakin kalau iman saya masih ada saat itu.
Apalagi di sekitar saya berdiri ribuan orang penghujat dan
penghinaNya. Lalu dengan senyum bangga
penuh kemenangan, mereka akan berkata:
“Itu Tuhan yang ngana
puja-puji dan Agung-agungkan…?”
Mereka meludah ke tanah dengan kejijikan.
Tapi tiba-tiba, dari mulut sekarat di kayu salib itu,
terdengar sebuah kata-kata:
“Bapa, ampunilah
mereka, karena mereka tidak tahu yang mereka perbuat……
…..Sudah selesai…”
Tabir Bait Suci terbelah dua
Terjadi gempa bumi
Bukit-bukit batu terbelah
Kepala prajurit Romawi yg atheis berkata: "Sungguh Dia anak Allah"
Tabir Bait Suci terbelah dua
Terjadi gempa bumi
Bukit-bukit batu terbelah
Kepala prajurit Romawi yg atheis berkata: "Sungguh Dia anak Allah"
Allah bertindak sesuai waktu dan rencanaNya.
Dapatkah kemampuan berpikir 'ciptaan' menyelami Hati & Pikiran Sang Pencipta...?
Dapatkah kemampuan berpikir 'ciptaan' menyelami Hati & Pikiran Sang Pencipta...?
Bitung, 11 November 2015
No comments:
Post a Comment