“Kita ngga bisa mengubah apapun hanya dengan bicara”
Kata tersebut udah lama banget gue tau, dan gue setujui. Konyolnya, gue justru lebih sering terjebak dengan retorika ‘cuma ngomong doang’
“Gue bakalan bikin ini, dengan cara begini,….bla…bla…”
“Gue pasti berhasil kalo gue bikin begini, pake strategi ini,
…bla…bla..”
Tapi gue masih susah merelisasikan semua yang gue bilang.
NATO (No Action Talk Only). Yah, begitu
dech gue.
Jadi inget sama kisah ‘polisi tidur’ di depan rumah gue.
Lantaran banyak setan-setan motor yang doyan ngebut di depan
rumah gue yang merupakan tempat main anak-anak kecil di kompleks, gue jadi
sering sewot and teriak-teriak. Kasian
kalo sampe ada anak-anak yang diserempet para tukang ngebut amatir yg gak punya
otak. Tapi lama-lama kan cape
sendiri. Masa gue harus berdiri terus di
depan pager sambil tereak-tereak.
“Woi kampret pelan-pelan.
Emank ini jalan nenek moyang loe…?”
Lagian, tukang ngebuts cuma mengurangi laju motornya kalo gue
berdiri di depan pager. Tapi kalo gue
ngga kliatan, mereka ngebut lagi.
Akhirnya gue cari batang kelapa yang di belah 2, trus gue taroh di
jalan. Dan sejak itu, orang jadi
memperlambat laju motornya tanpa harus gue tereak. Malah ngga sedikit yang males lewat jalan yang
emang diperuntukan buat para pemilik rumah di areal tersebut.
Bicara emang di butuhkan.
Tapi adakalanya kita justru ngga perlu ngomong. Just action.
Ngga sedikit profesi yang justru mengandalkan kefasihan
berkata-kata, misalnya presenter, penyiar radio, guru/dosen, pemandu wisata,
diplomat, penasehat presiden, politikus, stand up comedian, motivator, dll. Tapi walau bicara adalah profesinya, toh
mereka ngga notabene bisa ngomong sembarangan, alias asal bunyi.
Gue punya banyak pengalaman sama orang-orang yang
kemampuannya menyusun kata di atas rata-rata, tapi soal melakukan kerjaan lebih
banyak lari ato ngumpet.
Di dunia pemerintahan idem dito. Banyak orang pinter yang kefasihannya
mengolah kata sangat piawai. Jago
ngeritik pemerintah, tapi pas di kasih kesempatan pegang jabatan strategis,
hasilnya ngga lebih bagus dari orang-orang yang dulunya abis dikritik. Sebuah paradox.
Dunia kita emang ngga berubah kalo cuma dipenuhin orang-orang
yang bisanya ngomong doang.
Jadi inget kata-kata di Kitab best seller: “Percakapan bodoh
disebabkan oleh banyak perkataan”
Mother Theresa ngga perlu shooting TV dan wawancara saat
ngangkat para penderita kusta di pinggiran jalan Calkuta. Tapi hidupnya udah menginspirasi ratusan juta
orang untuk melakukan hal-hal baik.
No Action Talk Only juga sebuah kerinduan yang pengen gue
hilangkan dalam hidup gue.
No comments:
Post a Comment