Monday, June 27, 2011

SOMETIMES LOVE JUST AIN’T ENOUGH

Masih inget sama kisah klasik Nabi Sulaiman..?  Tepat.  Kisahnya pak Nabi waktu diperhadapkan sama  2 perempuan yang ngaku sebagai pemilik bayi.  Ke-duanya begitu meyakinkan ngaku sebagai ibu si-bayi. Tapi ke-duanya ngga bisa ngasih bukti autentik yang bisa mendukung pengakuannya (apalagi waktu itu belum ada tekhnologi yang bisa  tes DNA)

Emank sich mulanya Pak Nabi Sulaiman agak kebingungan. Tapi sebagai Nabi yang punya anugrah kearifan dan kebijaksanaan tingkat tinggi, beliau ngga perlu waktu lama untuk mutusin, siapa ibu yang sah di antara ke-duanya.  Beliau nyabut pedang dari sarungnya, trus berlagak ingin membelah si-jabang bayi  jadi 2 bagian, supaya bisa di bagi sama.

Waktu salah satu wanita sujud nyembah  Pak Nabi sambil nangis dan ngerelaian si-bayi dikasih ke wanita saingannya,-yang penting si-bayi ngga di belah 2- tanpa keraguan sedikitpun, pak Nabi justru nyerahin si-bayi pada wanita tersebut.  Bukan pada wanita gila yang  setuju  membelah si-bayi jadi 2 bagian.

Pak Nabi sangat paham soal cinta dan pengorbanan. Perwujudan yang di tunjukan ibu sejati yang mencintai bayi-nya. Rela mengorbankan rasa cinta itu sendiri demi menjaga agar bayi yang dicintainya tetap hidup. Sang ibu mengorbankan deritanya waktu mengandung, dan keinginannya untuk merawat dan menjaga si-bayi dalam pelukannya,  untuk  diserahkan ke wanita yang ia ketahui membahayakan bagi si-bayi, semata untuk melindungi nyawa sang bayi dari kemungkinan di belah menjadi 2 bagian.

Cinta memang bukan sekedar untaian kata indah yang manis didengar, dan mudah diucapkan.  Cinta membutuhkan obyek penerima, sekaligus subyeknya sebagai pendonor. Cinta tak pernah punya arti jika berdiri sendiri. Dan karena itu, cinta tak pernah ada tanpa adanya pengorbanan. Dalam bahasa lain, cinta dan pengorbanan adalah satu paket yang tak terpisahkan.

Ketika anda memutuskan untuk mencinta, berarti anda harus menyiapkan diri untuk sebuah, dua buah, tiga buah, bahkan terus berbuahkan pengorbanan.

Cameron Poe, sosok narapidana yang diperankan secara apik oleh Nicolas Cage dalam film Con Air, adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai keluarganya. Ia telah menanti begitu lama dalam penjara untuk bertemu pertama kali dengan putri kecilnya yang ketika lahir hanya ia ketahui dari dalam penjara.
(Cameron Poe dihukum karena tanpa sengaja menyebabkan kematian seseorang yang mencoba memperkosa istrinya yang tengah hamil)

Ketika dalam perjalanan pulangnya menemui istri dan anaknya, ia menghadapi  situasi dilematis: tetap berada dalam pesawat yang di bajak para penjahat sadis, yang artinya membiarkan nyawa sahabatnya terancam, atau memilih pindah ke bus untuk secepatnya menemui orang-orang tercinta. Tapi ia memilih yang Pertama, yakni  berada dalam pesawat yang dibajak para penjahat sadis, guna menyelamatkan nyawa sahabatnya.

Apakah Cameron Poe kurang mencintai istri dan anaknya, hingga lebih memilih menyelamatkan nyawa sahabatnya….?  Saya menyimpulkan tidak. Karena hasrat untuk menemui orang-orang yang dicintainya adalah harapan terbesar yang ia impikan sejak hari pertamanya di penjara, 8 tahun sebelumnya.

Namun ia tidak ingin kehilangan respek dari istri dan anakanya, jika suatu saat kelak mereka tahu bahwa dirinya tega membiarkan nyawa sahabatnya dalam bahaya di tengah para penjahat sadis yang membajak pesawat.

Cinta tanpa pengorbanan hanyalah omong besar. Adalah kata yang gue hafal sejak masih SMP. Tapi faktanya, ngga semudah kemampuan gue untuk menghafalnya. Karena dalam perjalanan, gue malah sering kepeleset dalam menjabarkan makna pengorbanan itu sendiri.

Beberapa tahun lalu, gue pernah dengan kesadaran penuh, menyebabkan seseorang mengundurkan diri ‘secara paksa’ setelah gue sodorin selembar kertas pengunduran diri yang udah gue bikin formatnya. Yang bersangkutan tanda tangan, dan kehilangan mata pencaharian.

Memang  menurut aturan ketenaga kerjaan, si-karyawan ‘layak’ diberhentikan. Tapi bukan itu masalahnya.  Karena masalahnya justru pada diri gue. Pada kesalahan diri gue memilih korban. Bukannya berkorban demi si-karyawan, namun mengorbankan karyawan tersebut demi egoisme gue, supaya mendapat predikat sebagai pimpinan yang tegas, berpegang pada aturan, dan loyal pada perusahaan.

Padahal, pada posisi dan kapasitas gue, akan jauh lebih manusiawi kalau gue memberikan kesempatan ke-2 baginya untuk memperbaiki diri.  Bukan mengintimidasi karyawan lain, dengan menjadikannya sebagai contoh korban.

Gue lebih memilih penilaian orang lain tentang kapasitas gue sebagai pimpinan yang tegas dan taat aturan, ketimbang sebagai manusia yang punya Kasih sayang. Manusia yang lebih punya hati untuk bisa merasakan betapa pedihnya kehilangan mata pencaharian.

Cinta memang mudah diucapkan. Tapi sulit dilakukan.

Hary Stampler, tokoh sentral di film Armagedon, yang diperankan dengan muantep oleh Bruce Willis, di bagian akhir film rela mengorbankan nyawa demi seorang pria yang dicintai putri tunggalnya.

Tanpa  perlu menjaga citra kelaki-lakiannya sebagai pimpinan sekaligus ayah, ia dengan terang-terangan meneteskan air mata terakhirnya sambil mengungkapkan perasaan cinta yang tak terhingga pada putri tunggal dan calon suaminya.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@




Gue emank bukan ahli cinta dan kemanusiaan. Tapi gue nolak kalo di bilang ngga tau apa-apa soal cinta. Karena 2 anak perempuan gue adalah salah satu bukti (selain bukti hidup lainnya, yakni para mantan pacar gue, seperti: Nadya Hutagalung, Maudy Kusnadi, Titi Kamal, Nadine Chandrawinata dan Dian Sastro… Wkwkwkwkw….)

Cinta, adalah anugerah Agung dari Yang Maha Kuasa yang gaungnya makin lama makin pudar di telan gemerlap dunia modern.  Ditelan kebutaan nurani akibat napsu serakah akan uang dan kekuasaan.

Cinta tidak lagi menjadi pijakan dasar dalam kehidupan, hingga membunuh manusia dianggap sebagai perayaan kemenangan yang harus dirayakan dengan gegap gempita.

Padahal, kita adalah mahluk-mahluk produk nyata dari cinta. Cinta yang putih, suci dan Agung.

Dunia kedokteran membuktikan hanya cinta-lah  obat tak terkalahkan yang tak berkomposisi kimia, tidak berwarna dan tidak berasa, namun mampu membangkitkan seseorang yang ‘tak berpengharapan’ alias koma, hanya lewat sentuhan-sentuhan dan ungkapan-ungkapan penuh cinta yang senantiasa dibisikan ke telinganya. 

Bumi yang kita tinggali mungkin tidak lagi berumur panjang. Namun dengan memperbesar lingkaran cinta, kita punya pengharapan yang lebih indah untuk membuat kehidupan di bumi ini  jadi jauh lebih berarti.

Walau memang, sometimes love just ain’t enough……karena memang, cinta butuh pengorbanan.

Bagaimana menurut anda….?

(tau ngga kenapa HP Nokia selalu memegang penjualan terbesar hingga kini? Karena mereka pelopor? Mungkin. Tapi coba liat ikon sederhana yg selalu mengawali ‘on’-nya.  Tangan besar yang meraih tangan mungil. Sebuah symbol cinta. Yang tanpa sadar menghipnotis jiwa lembut kita semua. Jiwa yang selalu haus akan cinta)



Telah kuberikan semua
Tlah kurasakan bersama
sampai terhenti napasku ini, hanyalah untukmu
Hidupku kan damaikan hatimu,
Diriku kan slalu menjagamu

(Hidupku kan damaikan hatimu, by… Caffeine)

Hanya dengan hati yang penuh cinta kasih, seseorang bisa menularkan kedamaian (anonym) 

No comments: