Wednesday, June 29, 2011

BATU DI MEJA KERJA GUE

Kalau anda termasuk orang yang berprinsip ‘waktu adalah uang’ sebaiknya tidak usah buang waktu membaca tulisan ini.  Tau kenapa…? Karena anda tidak akan mendapatkan uang setelah selesai membaca…wkwkwkw..

Tulisan konyol dan ngga penting ini (inilah manusia, rela membuang waktu untuk sesuatu yang katanya ngga penting.  Padahal logisnya, setiap orang yang nulis di media umum tentu  berharap dibaca orang lain.  Dan berharap dianggap penting…hehehe..) dimulai waktu gue boring di meja kerja yang udah gue kelonin 10 taonan.  Melototin deretan angka yang fluktuasinya ngga pengaruh ke salary gue.  Pusing, leher pegel, mulut asem.  Trus gue jalan ke luar kantor, masuk pabrik sambil ngawasin proses produksi.  Tapi rasa bosen gue belom juga ilang.

Lalu gue ke belakang pabrik, nengokin pekerjaan para tukang yang lagi nge-renovasi beberapa bagian pabrik.  Tiba-tiba pandangan gue tertuju ke tumpukan batu-batu.  Di antara banyak batu, gue tertarik sama satu batu yang ‘beda dengan yang lain’.  Trus gue punggut, dan gue taro di meja kerja.

Se-simple itu.  Bermula dari rasa bosan.  Tapi begini cerita yang berkembang kemudian…..

Flashback……..(katanya sich alur mundur)

Tempat gue kerja namanya PT. Celebes Minapratama.  Pabrik yang ngolah ikan jadi sebuah produk yang namanya ikan kayu (lihat juga: Katsuobushi Factory. klik di sini).  Lokasinya di Kelurahan Wangurer, Bitung.  Sulawesi Utara.  Pekerjanya mencapai 125 orang (termasuk gue).

Sekitar 60% karyawannya makan di kedai yang ada di depan pabrik. Namanya kedai Ola (tapi bukan Olla Ramlah, si presenter imut loh…).  Selain murah meriah, bebas nongkrong seharian tanpa retribusi tambahan, juga bisa cek undur, alias hutang.  Tapi yang paling special dari exist-nya kedai tersebut adalah pertukaran informasi  yang kadang lebih cepat dari peluru, atau internet sekalipun.

Mulai dari dongeng, gosip, kisah 1007 malam (bosen 1001 terus,…hehehe), isapan jempol, isapan kelingking, isapan bibir, hingga kisah nyata, semuanya beredar tanpa bisa terbendung.  Malahan, saking populernya kedai Ola sebagai sumber informasi (asli ataupun menyesatkan……hehehe…), hingga banyak pihak yang meyakini kalau semua berita yang berasal dari sana sebagai kebenaran mutlak.  Konon, pernah ada seorang wanita yang secara diam-diam nongkrong di sana (tentunya sambil makan dan minum dong,…masa numpang mandi sich…) cuma sekedar mencari tau  tentang sepak terjang suaminya di PT. Celebes MPratama.

Malah ada guyonan yang bilang, untuk mengembangkan sebuah cerita jadi naskah berseri, cukup lembarkan isyu yang agak masuk akal.  Di tanggung hanya dalam hitungan jam, naskah tersebut jadi di kedai Ola.

Ketika seseorang mendengar cerita tentang buah salak yang manis dari mulut pejabat perusahaan dan jajarannya pada pukul 09.00 pagi, maka pada pukul 12.45, kisah tersebut berubah jadi :

“PT. Celebes  MPratama berencana memperluas usaha pada budidaya salak. Lengkap dengan lokasi, luas lahan, dan jenis pupuk yang akan di gunakan”………….wkwkwkwk…….sakti ngga tuh…?

 Ketika hasil meeting tentang rencana export  ikan kayu ke ranah Eropa ‘bocor’ ke telinga salah satu karyawan pada pukul 14.30. Di kedai Ola telah tersiar kabar santer tentang sejumlah nama karyawan yang akan berangkat ke Eropa. Tepat pada pukul 16.00. Lengkap dengan jadwal kebarangkatan, gaji yang akan di peroleh, dan kurs mata uang Euro…..hehehe…..huibat tenan.

Btw, mau tau gimana prosesnya kabar tersiar..? Pake ilmu “Jangan bilang siapa-siapa!”

Mis, si-A yang ndenger sepotong cerita, ndeketin si-B, lalu bilang: “Eh, janji ya,..ini rahasia. Jangan bilang siapa-siapa…bla…bla…bla…”…..Dan hingga mulut ke-175, bahasanya tetap sama: “Jangan bilang siapa-siapa!”.  Tapi dari mulut ke-1 hingga ke-175, cerita telah berkembang sempurna.  Mirip pertumbuhan mikroba. 1, 10, 1000, 10000, dst.

Balik lagi ke soal ‘Batu di meja kerja’ saya.  Hehehe,…..udah kebayang toh gimana kisahnya..?
Btu,..btu,…btul,…kata Upin dan Ipin. Gue di bilang nyiapin alat bantu untuk berontaklah, siap nge-lempar salah satu pimpinan-lah, atau yang lebih konyol,….batu tersebut digadang-gadang sebagai ‘jimat’ gue.  Jimat yang mbikin gue ‘bertahan’ di posisi gue selama 10 taon lebih…..wkwkwkw…dodol.  Berarti kalo gue naroh boneka Berbie di sana, pas malem-malem gue pake rok mini dong,….cas…cus,…ngga lekong la yau….

Gue sering ngumpamain Negara sama dengan perusahaan tempat kerja gue. Semua cerita kerap berkembang tanpa landasan yang kuat. Menyebar dengan berbagai bumbu penyedap serta opini konyol, yang justru ‘menghilangkan’ rasa asli dari masakan yang diolah.

Mungkin itu sebabnya sampai didirikan Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas. Karena ngomong ternyata bukan hal yang mudah. Bukan cuma  butuh etika, tapi juga kredibilitas, kejujuran dan kepekaan hati.

Gue pernah denger suami-istri yang berantem, trus suaminya ngomong begini:
“Eh perempuan, loe tau ngga, waktu dulu gue ngomong suka ama loe, gue lagi mabok hebat.”

Amit-amit. Padahal anaknya udah 4. Tapi gue juga pernah denger salah satu orang beken dan terpandang yang waktu kampanye, ngomong begini:
“Masyarakat…….(nama sebuah daerah) yang saya banggakan, kagumi, dan cintai.  Saya berdiri di mimbar ini bukan untuk memaksa kalian memilih saya. Tapi jika kelak saya terpilih, ……”

Cakeeeeeep. Padahal, si-yang terhormat itu baru pertama kali menginjakan kakinya di situ. Koq bisa-bisanya ngomong “saya banggakan dan kagumi”……Dan, lantaran ngga terpilih, si-yang terhormat tidak pernah lagi muncul di tempat ‘kebanggan-nya’ tersebut…….dodol.

Loh,…loh,…loh,..koq gue malah udah ngelantur kejauhan ya,….mana nich batu di meja kerja gue…?
(o…ooo…..rupanya batunya lagi dipake temen gue untuk ngetok paku. Soalnya doski males ngambil palu)
Terakhir,….kalo soal boring, alias bosen, gue beneran. Asli. Cape ngurusin duit orang melulu. Makanya kalo ada pembaca yang duitnya banyak dan pengen bikin berusaha di ikan kayu, gue siap bekerja sama. Share donk. Masa gue jadi karyawan lagi. Hehehe…

Monday, June 27, 2011

SOMETIMES LOVE JUST AIN’T ENOUGH

Masih inget sama kisah klasik Nabi Sulaiman..?  Tepat.  Kisahnya pak Nabi waktu diperhadapkan sama  2 perempuan yang ngaku sebagai pemilik bayi.  Ke-duanya begitu meyakinkan ngaku sebagai ibu si-bayi. Tapi ke-duanya ngga bisa ngasih bukti autentik yang bisa mendukung pengakuannya (apalagi waktu itu belum ada tekhnologi yang bisa  tes DNA)

Emank sich mulanya Pak Nabi Sulaiman agak kebingungan. Tapi sebagai Nabi yang punya anugrah kearifan dan kebijaksanaan tingkat tinggi, beliau ngga perlu waktu lama untuk mutusin, siapa ibu yang sah di antara ke-duanya.  Beliau nyabut pedang dari sarungnya, trus berlagak ingin membelah si-jabang bayi  jadi 2 bagian, supaya bisa di bagi sama.

Waktu salah satu wanita sujud nyembah  Pak Nabi sambil nangis dan ngerelaian si-bayi dikasih ke wanita saingannya,-yang penting si-bayi ngga di belah 2- tanpa keraguan sedikitpun, pak Nabi justru nyerahin si-bayi pada wanita tersebut.  Bukan pada wanita gila yang  setuju  membelah si-bayi jadi 2 bagian.

Pak Nabi sangat paham soal cinta dan pengorbanan. Perwujudan yang di tunjukan ibu sejati yang mencintai bayi-nya. Rela mengorbankan rasa cinta itu sendiri demi menjaga agar bayi yang dicintainya tetap hidup. Sang ibu mengorbankan deritanya waktu mengandung, dan keinginannya untuk merawat dan menjaga si-bayi dalam pelukannya,  untuk  diserahkan ke wanita yang ia ketahui membahayakan bagi si-bayi, semata untuk melindungi nyawa sang bayi dari kemungkinan di belah menjadi 2 bagian.

Cinta memang bukan sekedar untaian kata indah yang manis didengar, dan mudah diucapkan.  Cinta membutuhkan obyek penerima, sekaligus subyeknya sebagai pendonor. Cinta tak pernah punya arti jika berdiri sendiri. Dan karena itu, cinta tak pernah ada tanpa adanya pengorbanan. Dalam bahasa lain, cinta dan pengorbanan adalah satu paket yang tak terpisahkan.

Ketika anda memutuskan untuk mencinta, berarti anda harus menyiapkan diri untuk sebuah, dua buah, tiga buah, bahkan terus berbuahkan pengorbanan.

Cameron Poe, sosok narapidana yang diperankan secara apik oleh Nicolas Cage dalam film Con Air, adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai keluarganya. Ia telah menanti begitu lama dalam penjara untuk bertemu pertama kali dengan putri kecilnya yang ketika lahir hanya ia ketahui dari dalam penjara.
(Cameron Poe dihukum karena tanpa sengaja menyebabkan kematian seseorang yang mencoba memperkosa istrinya yang tengah hamil)

Ketika dalam perjalanan pulangnya menemui istri dan anaknya, ia menghadapi  situasi dilematis: tetap berada dalam pesawat yang di bajak para penjahat sadis, yang artinya membiarkan nyawa sahabatnya terancam, atau memilih pindah ke bus untuk secepatnya menemui orang-orang tercinta. Tapi ia memilih yang Pertama, yakni  berada dalam pesawat yang dibajak para penjahat sadis, guna menyelamatkan nyawa sahabatnya.

Apakah Cameron Poe kurang mencintai istri dan anaknya, hingga lebih memilih menyelamatkan nyawa sahabatnya….?  Saya menyimpulkan tidak. Karena hasrat untuk menemui orang-orang yang dicintainya adalah harapan terbesar yang ia impikan sejak hari pertamanya di penjara, 8 tahun sebelumnya.

Namun ia tidak ingin kehilangan respek dari istri dan anakanya, jika suatu saat kelak mereka tahu bahwa dirinya tega membiarkan nyawa sahabatnya dalam bahaya di tengah para penjahat sadis yang membajak pesawat.

Cinta tanpa pengorbanan hanyalah omong besar. Adalah kata yang gue hafal sejak masih SMP. Tapi faktanya, ngga semudah kemampuan gue untuk menghafalnya. Karena dalam perjalanan, gue malah sering kepeleset dalam menjabarkan makna pengorbanan itu sendiri.

Beberapa tahun lalu, gue pernah dengan kesadaran penuh, menyebabkan seseorang mengundurkan diri ‘secara paksa’ setelah gue sodorin selembar kertas pengunduran diri yang udah gue bikin formatnya. Yang bersangkutan tanda tangan, dan kehilangan mata pencaharian.

Memang  menurut aturan ketenaga kerjaan, si-karyawan ‘layak’ diberhentikan. Tapi bukan itu masalahnya.  Karena masalahnya justru pada diri gue. Pada kesalahan diri gue memilih korban. Bukannya berkorban demi si-karyawan, namun mengorbankan karyawan tersebut demi egoisme gue, supaya mendapat predikat sebagai pimpinan yang tegas, berpegang pada aturan, dan loyal pada perusahaan.

Padahal, pada posisi dan kapasitas gue, akan jauh lebih manusiawi kalau gue memberikan kesempatan ke-2 baginya untuk memperbaiki diri.  Bukan mengintimidasi karyawan lain, dengan menjadikannya sebagai contoh korban.

Gue lebih memilih penilaian orang lain tentang kapasitas gue sebagai pimpinan yang tegas dan taat aturan, ketimbang sebagai manusia yang punya Kasih sayang. Manusia yang lebih punya hati untuk bisa merasakan betapa pedihnya kehilangan mata pencaharian.

Cinta memang mudah diucapkan. Tapi sulit dilakukan.

Hary Stampler, tokoh sentral di film Armagedon, yang diperankan dengan muantep oleh Bruce Willis, di bagian akhir film rela mengorbankan nyawa demi seorang pria yang dicintai putri tunggalnya.

Tanpa  perlu menjaga citra kelaki-lakiannya sebagai pimpinan sekaligus ayah, ia dengan terang-terangan meneteskan air mata terakhirnya sambil mengungkapkan perasaan cinta yang tak terhingga pada putri tunggal dan calon suaminya.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@




Gue emank bukan ahli cinta dan kemanusiaan. Tapi gue nolak kalo di bilang ngga tau apa-apa soal cinta. Karena 2 anak perempuan gue adalah salah satu bukti (selain bukti hidup lainnya, yakni para mantan pacar gue, seperti: Nadya Hutagalung, Maudy Kusnadi, Titi Kamal, Nadine Chandrawinata dan Dian Sastro… Wkwkwkwkw….)

Cinta, adalah anugerah Agung dari Yang Maha Kuasa yang gaungnya makin lama makin pudar di telan gemerlap dunia modern.  Ditelan kebutaan nurani akibat napsu serakah akan uang dan kekuasaan.

Cinta tidak lagi menjadi pijakan dasar dalam kehidupan, hingga membunuh manusia dianggap sebagai perayaan kemenangan yang harus dirayakan dengan gegap gempita.

Padahal, kita adalah mahluk-mahluk produk nyata dari cinta. Cinta yang putih, suci dan Agung.

Dunia kedokteran membuktikan hanya cinta-lah  obat tak terkalahkan yang tak berkomposisi kimia, tidak berwarna dan tidak berasa, namun mampu membangkitkan seseorang yang ‘tak berpengharapan’ alias koma, hanya lewat sentuhan-sentuhan dan ungkapan-ungkapan penuh cinta yang senantiasa dibisikan ke telinganya. 

Bumi yang kita tinggali mungkin tidak lagi berumur panjang. Namun dengan memperbesar lingkaran cinta, kita punya pengharapan yang lebih indah untuk membuat kehidupan di bumi ini  jadi jauh lebih berarti.

Walau memang, sometimes love just ain’t enough……karena memang, cinta butuh pengorbanan.

Bagaimana menurut anda….?

(tau ngga kenapa HP Nokia selalu memegang penjualan terbesar hingga kini? Karena mereka pelopor? Mungkin. Tapi coba liat ikon sederhana yg selalu mengawali ‘on’-nya.  Tangan besar yang meraih tangan mungil. Sebuah symbol cinta. Yang tanpa sadar menghipnotis jiwa lembut kita semua. Jiwa yang selalu haus akan cinta)



Telah kuberikan semua
Tlah kurasakan bersama
sampai terhenti napasku ini, hanyalah untukmu
Hidupku kan damaikan hatimu,
Diriku kan slalu menjagamu

(Hidupku kan damaikan hatimu, by… Caffeine)

Hanya dengan hati yang penuh cinta kasih, seseorang bisa menularkan kedamaian (anonym) 

Wednesday, June 22, 2011

BIAR JELEK TAPI ORISINIL

Eh,...pertemanan itu orisinil ato jiplakan ya..?

Suer, sebenarnya gue sering minder loh ama tulisan gue. Soalnya gue ngerasa kayaq ngga punya manfaat buat orang lain gitu.  Persoalannya, gue ngga bisa nahan keinginan diri yang begitu kenceng untuk ngungkapin apa yang ada di benak gue, di hati gue.

Pengen banget sih menelorkan (tapi gue ogah ngeremin,…hehehe) tulisan keren, berbobot, and bawa berkat buat orang lain. Kayaq tulisannya Mochtar Lubis, Sanusi Pane, Romo Mangunwijaya, Arswendo, Pramudya Ananta Toer, Gunawan Moehammad, Jacob Oetama, Ernest Hemingway, Sidney Sheldon, Antoni Robbyns, Napoleon Hill, Hilman, Andrea Hirata, dsb. Tapi yah, gitu deh. baru tulisan kayaq beginian yang bisa gue bikin.

Sebenarnya sih gue tau kalo tulisan amburadul nidia, juga di baca sama sekurang-kurangnya 800-an orang. Walau sebenarnya gue sendiri rada bingung, apa yang didapet, atau dicari pembaca dari tulisan gue. Hehehe,….mungkin cuma iseng aja kalee (daripada nyari kutu atau nyiumin kotoran di sela-sela kuku jempol kaki…wkwkwk).

Cuman, kaga jarang gue ndapetin sesuatu yang ‘baunya rada mencurigakan’….(tapi bukan bau kotoran di sela-sela kuku jempol kaki loh..) dalam hubungannya dengan tulisan gue.  Soalnya ada beberapa kasus yang  kaga sengaja gue temuin di  tayangan, atau tulisan di TV, yang model-modelnya kayaq tulisan gue.  Hehe,…mungkin Cuma kebetulan aja sih,  ato guenya  yang ke-geeran.

Emank sich, di jagad bumi yang luas and super jumbo ini, semua kemungkinan bisa aja terjadi. Mungkin ada orang yang idenya sama ama gue, alias kebetulan.  Tapi feeling gue sering ngerasa kalo ‘kebetulan’ tersebut ampir mirip. Malah ngga miripnya cuman sekitar 5%.

Misalnya, beberapa waktu lalu gue pernah iseng nulis bersambung tentang suatu hal. Eh, beberapa waktu setelah tulisan gue di publish, muncul tayangan yang ‘kebetulan’ mirip. Wajar kan kalo orang awam kayaq gue mikir yang ‘rada miring’ alias negative, trus berprasangka kalo itu emank ide gue yang ‘disabot’ tanpa kulonuwon.  Lah wong gue gak pernah tau siapa aja yang ‘mampir’ ato istilah blog-nya melakukan blogwalking.

Kalo prasangka negative gue ternyata bener (jadi positive donk..), harusnya sih gue boleh bangga dikit. Kan ‘peniruan adalah sebuah pengakuan’…hehe…cuman yah gak bisa cuman gitu doank kalee.  Biarpun gue kacangan, kan seneng juga kalo iseng-iseng gue ternyata dikasih ‘harga’…hehehe…norak, pake pura-pura..hehe.  Dan lagi, seharusnya etika dalam tulis menulis juga musti di junjung tinggi.  Lah wong gue yang kacangan gini aja kalo ‘pake’ karya orang, sebisa mungkin gue nulisin sumbernya.  Tapi yah, semua balik lagi ke pribadi masing-masing.  Kalimat usang bilang: “Kalo ngga mau dibikin gak enak sama orang lain, jangan bikin orang lain ngga enak donk…”

Gue punya pengalaman menarik yang sedikit konyol nich soal plagiat. Gini, suatu ketika, di tempat kerja gue dituntut instansi resmi untuk membuat sebuat perangkat/modul tentang jaminan mutu. Rada ribet sich, tapi kalo gak bikin salah. Singkat cerita, perangkat/modul tersebut jadi. Walau dalam kondisi yang belang bonteng.

Rupanya, modul tersebut juga disyaratkan pada semua usaha sejenis, yang kebetulan ada beberapa di areal yang ngga terlalu jauh. Dan tanpa sepengetahuan managemen perusahaan kami, ada salah satu ‘lingkaran dalam’ yang melakukan copy paste modul tersebut, untuk di serahkan pada usaha yang sejenis dengan kami (soalnya di sana ada familynya).

Ketika tim inspector datang, perusahaan kami kena jadwal kunjungan ke-2 setelah perusahaan ‘tetangga’ yang modulnya hasil copy paste dari kami.  Ketika modul kami di periksa inspector, salah satu inspector nyeletuk:
“Wah, modul kamu kalah bagus sama tetangga.” Sambil senyum

Lantaran udah paham situasinya, salah satu penanggung jawab yang emank terlibat aktif dalam penyusunan modul langsung menimpali (udah ngelibatin perasaan tersinggung)

“Mungkin menang sampulnya kali bu,…orang isinya nyiplak mentah-mentah punya kita koq.”

Ibu inspector langsung diem.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Ngomong-ngomong (upps,…maksudnya tulis-tulis,..soalnya gak lagi ngomong) soal jiplak-menjiplak, sebenarnya itu mah ilmu tua. Keriput dan renta. Tapi njiplak itu juga kreativitas mungkin. Jepang aja, bisa jadi sehebat sekarang karena kesaktiannya dalam njiplak. ATM, Amati Tiru Modifikasi. Ngga njiplak mentah-mentah. Dipakein rempah-rempah tambahan.

Liat aja kamera Kodak-nya USA. Langsung kisut waktu muncul kamera-kameranya Jepang. Padahal Jepang ‘Cuma’ nambahin rempah-rempah doang untuk bisa melengserkan Kodak ke sawah-sawah (eh sory, kalo itu mah kodok ya,..wkwkw..)

Cuman yang sering konyol, ya itu,…aktifitas njiplak mentah-mentah. Ngga berkarakter banget deh. Sampe-sampe, lukisan ‘orang gila’ yang namanya Rembrand (kasian emank,..akhirnya bunuh diri lantaran sakit jiwa), udah ngga bisa lagi dibedain mana asli mana jiplakan (mana ada pelukis jaman dulu yang ngelukis 1 hal sama persis sampe jumlahnya puluhan…..hehehe…orang dulu belom ada scanner)

Tapi, soal njiplak ato orisinil, itu juga persoalan kebanggan sich. Karena, biar tulisan gue amburadul, jelek dan ngga berstruktur, setidaknya gue punya kebanggan. Ya itu,…orisinil (dari otak gue yang udah ngga orisinil lagi,…hehehe)

Pesan universal (bukan njiplak). Mari kita suarakan selalu:

Hentikan Perang dan Kekerasan di Seluruh Muka Bumi

Bila saya ditanya apakah cangkir saya setengah berisi atau setengah kosong, jawab saya adalah saya bersyukur karena saya mempunyai sebuah cangkir (Sam Lefkowitz)

Friday, June 17, 2011

FACEBOOK, SEBUAH RITUAL MINUM MADU DAN RACUN

Sebuah catatan sisa yang terlambat di muat

Kenapa terlambat…? La iya dong. Orang fenomena facebook udah ampir anyut dibawa banjir, gue baru ngebahas lagi.  Tapi gini loh,….buat sebagian orang, Facebook emang bener-bener nge-boringin.  Bayangin, …..waktu gue starting pertama  sama Facebook di awal 2009, salah satu temen nulis gini:

“Iya nich Bin, gue udah jarang mbuka FB. Udah boring.” Nah lo..!

Padahal waktu itu, Facebook adalah Anugrah, limpah dan rahmat bagi seorang Robin.  Gimana ngga, karena dengan FB, gue berhasil ‘munggutin’  mahluk-mahluk masa lalu yang gue sapa sebagai  temen (hehehe,…jangan tersinggung), yang tadinya gue kira udah pada raib, ato bertapa digua-gua, barengan Mak Lampir, Grandong, ama burung wallet. Eh ngga taunya malah ngga sedikit yang udah pada jadi orang huibat.  Ada yang jadi pengusaha, Ustad, Pendeta, Pejabat, Konglo, Doktor, Direktur, dsb.  Pokoknya mantep  n’ top one deh.

Emank sih, secara fisik, banyak yang performance-nya udah mulai ‘redup’…(hehehe…kayaq lampu botol aje… ), alias mulai ketu (keliatan tua,…). Maklum toh,..lah wong udah 20 taon lebih ngga nongolin batang-batangnya (ssst,…jangan ngeres loh,..maksudnya batang idung ama  batang tangan,….bukan batang laen). Btw,…suer deh,..gue seneng bukan kepalang nemuin temen-temen lama gue.  Mungkin se- seneng Aladin waktu nemuin lampu yang isinya Jin untuk pertama kali.

Udah gitu, mulai deh ngerumpi ngalor ngidul. Ngomongin dari merek sepatu, sampe resep makanan.  Dari jumlah pacar yang pernah dikencanin, sampe berat badan.  Ada juga  yang nemuin temen curhat, ato ngrumpiin kelakuan bos-bosnya. Yah, pokoknya banyak deh. Sebanyak pasir di laut dan panuan di leher. Hehehe….

Malahan, ada berita tentang bocornnya aktifitas musuh di Negara yang lagi konflik, cuma lantaran koment, atau pernyataan seorang tentara di status di Facebooknya…… huahahaha,…ada juga yee tentara yang karlota.
Seiring perkembangan waktu, creator facebook meningkatkan layanannya, untuk muasin facebooker. Salah satunya dengan memunculkan ikon jari jempol (ibu jari), guna memberikan statement tanpa kata-kata. Padahal, tadinya gue pikir kehadiran si-jempol (mungkin terinspirasi sama merek minyak angin kali yeee…) untuk main suit-suitan….itu loh,..mainannya anak-anak, yang sesama jari saling ‘mengalahkan’. Jempol kalah sama kelingking, trus kelingking kalah sama telunjuk, dan telunjuk takluk sama jempol.  Wah ternyata gue salah besar bo…

Faktanya, keberadaan si-jempol justru untuk menyatakan rasa saluuut (mirip merek snack ya…) akan pernyataan kawan bicara, atau hadiah berupa gambar, atau video yang dikirimkan. Trus, udah gitu, yang di jempolin akan nanggapin lagi: “Makasih ya jempolnya….”

Nah, disini gue dapet satu pelajaran penting loh dari si-jempol. Mau tau apa…? Ternyata jempol itu bahasa universal, yang artinya kurang lebih “anda hebat” ato “aku suka sama itunya kamu….” (maksudnya statement, ato kiriman gambar/video kamu….)

Trus ada lagi keajaiban FB, yakni percakapan rahasia, alias ‘Inbox’.  Cakap-cakap yang bisa dilakukuin 2 belah pihak. Biasanya antara pria dan wanita. Yah tau sendiri deh,…namanya juga rahasia. Bisa percakapan apa aja terjadi di sana. Dan sekuritasnya  lebih terjamin ketimbang sms.

Masih ada lagi. Grup. Nidia yang paling banyak dimanfaatin para politikus, ato komunitas apa aja, untuk menyampaikan pesan, himbauan, atau propaganda. Dan seringkali efektif. Contohnya waktu  om Susno Duaji  ngobok-obok institusinya sendiri.  Ada orang yang bikin grup untuk ndukung si-Susno.

Kalaupun ending-nya unhappy buat om Susno (dia ibarat meludah ke atas sich,…eh ludahnya malah balik kena mukanya sendiri), tapi ada banyak orang yang gabung dengan grup tudia (saya salah satunya,….hehehe)

Ada gula, ada semut. Pepatah itu juga berlaku bagi FB. Karena para pejabat, pengusaha, dan orang-orang hebat lainnya sadar betapa manisnya ‘gula’ Facebook, maka dijadikanlah FB ini sebagai salah satu ‘kurikulum wajib’ para intelegent, jajaran Kepolisian, TNI, staf pengajar dan pakar marketing untuk ‘membedah’ diam-diam kesaktian FB.

Konon, ngga sedikit penjualan sebuah produk, atau ikon tertentu mengalami lonjakan tajam yang positif dengan kehadiran FB. Dan ngga sedikit juga informasi tentang komunitas pengedar narkoba yang berhasil diendus ‘kentutnya’ lewat FB. Malahan, salah satu teroris, berhasil di bekuk ketika ybs lagi asyik main facebook,….huahahaha,….apa hubungannya. Bego (maksudnya gue yang bego..)

Eh,  ada juga loh karyawan yang dipecat lantaran koment-komentnya di FB. Hehehe,…yang dinilai ‘membongkar rahasia umum’

Ngga sedikit para mahluk bertitel tinggi dan berpangkat yang dengan elegannya menampilkan pict profil-nya. Ngga tau juga sih, apa dia yang mbikin sendiri, ato dibikinin ajudannya. Soalnya pernah kejadian menggambarkan betapa kalang kabutnya anak buah Kapolda Sulut, karena FB-nya disabot haecker.

Konon sampe sekarang gak bisa dilacak siapa hamster imut yang njailin Bapak Kapolda. Padahal, katanya Polisi udah punya alat canggih yang bisa ndeteksi  keberadaan para mahluk jail tersebut. Hehehe,…..jangan-jangan malah anak buahnya sendiri. Kan orang yang paling tau sepak terjang bos, cuma anak buahnya.

 Yang rada mencengangkan buat gue, adalah banyaknya pertemanan yang bisa direkrut beberapa orang.  Ada yang temennya sampe 5000-an loh. Wuih,….gimana ngelayaninnya tuh. Soalnya, salah satu pakar komunikasi pernah bilang, pertemanan yang bisa efektif dalam menjalin komunikasi, maksimum 150 orang teman. Lebih dari itu, Cuma Menuhin buku doang.  Tapi kan ngga etis kalo ada orang yang pengen berteman, trus kita tolak. Tul ngga…? Lagian berteman kan gratis.

Eh,..ngomong soal temen, di sekitaran bulan Maret 2010, ada salah satu temen gue yang ngotot minta dibikinin FB. Ampir tiap sore, dia ng-sms gue. Isinya sama: “Udah jadi Bin..?”

Kadang-kadang, sambil becanda, gue bales: “Apanya….? Anak? Masa bikin anak ngomong-ngomong sich.” Hehehehe…….

Konyolnya, waktu 2 minggu FB-nya jadi, dan udah gue ajarin cara ngoperasiinnya, paling cuma 3 koment, plus 7 temen baru. Pas gue tanya, jawabannya malah ngejutin.
“Udah ah Bin, males. Gue kira FB tuh gimana. Ngga taunya gitu doang. Media tempat orang nyombongin diri. buang-buang waktu.” Ujarnya sambil monyongin bibir.

“Maksud Loe..?” gue penasaran campur geli, dan sedikit tersinggung.

(temen gue yang satu itu emank  ‘negatif thingking’ melulu bawaannya. Hobi menganalisis, dan mnyimpulkan kasus berdasarkan opininya sendiri)

“FB cuman tempat orang pamer. Pamer rumah, mobil, jabatan, ato pamer gaya hidupnya yang wah. Foto-foto di luar negri, nginep di hotel, makan di resto mahal, dll.” Ujarnya sambil nyipitin mata (kalo di pelajaran bahasa tubuh, orang nyipitin mata pertanda pandang enteng)

“Bukan itu aja, orang yang udah lama ‘berkutat’ di facebook banyak yang belagu. Seringkali konfirmasinya dan ngasih komentnya lama banget.” Ujarnya lebih berapi-api. Mirip naga yang tersesat di kegelapan….wkwkwkw….

Alamak…! Gue terkejut banget sama alasannya ‘back off’ dari keikut sertaannya di Jamsostek,…uppss  salah, maksudnya Facebook. Persepsinya  terlalu naïf (ato kangen band kale….hehehe)

Menurut gue, ngga salah dong kalo orang yang udah bersusah payah belasan tahun membanting tulang, mbanting bulu, dan mbanting kartu remi, hingga akhirnya bisa mbeli mobil, and pengen nunjukin mobil barunya, rumah barunya, atau liburannya ke luar negri pada temen dan handai taulan. Lagian, mengekspresikan rasa senang dan bangga kan emang dibutuhkan untuk kesehatan jiwa.

(kan emank itu salah satu tujuan Mark Elliot Zuckerberg, si-pencipta facebook)

Apa salahnya sich kalo orang bikin foto profil waktu lagi ngendaraiin Cherooke, ato hammer.  ato,….UU apa yang dilanggar kalo majang foto-foto waktu tour ke Eropa?


Dimana nilai ketidak pantasannya kalo orang nulis status: “Woooow,…Paris emang cuantik tenan…!”

Emank dosa kalo ada yang nulis gini di statusnya:

”Mmmhhh, yumi…..wine di Bin 17 emang tokcer banget deh…!”

 Trus kalo soal konfirmasi atau reply koment yang kelamaan, itu mah wajar. Kan orang waktunya beda-beda untuk stay tune atau online. Ngga selalu melototin Facebook melulu.

Tapi seinget gue, kalaupun agak lama, tiap orang yang gue satronin di FB selalu reply koment koq. Dan lagi, kan ngga semua orang nggunain HP yang bisa akses facebook.

Tapi kalo gue amatin, ternyata di dunia facebook juga berlalu hukum ‘reversible’ alias ‘timbal balik’ dimana orang yang rajin mengunjungi dan ngasih komentar di dinding orang lain, juga akan menerima balasannya, alias sering di kunjungi, dan dikomentarin statement-statement di dindingnya. Lucu juga kalo di pikir.  Soalnya Facebook itu kan dunia maya. Dunia dimana banyak ‘rasa sakit’, kepedihan, serta kesendirian kerapkali menemukan obatnya.  Sebuah ‘dunia’ yang terkadang tak bisa kita temui di kehidupan nyata.

Lewat facebook, tak jarang kita terperangah sendiri akan fakta yang tak pernah kita lakukan, atau ucapkan di dunia nyata. Coba deh ingat-ingat,….seberapa sering kita mengucapkan 'terima kasih' secara terbuka pada orang-orang yang kita kasihi, atas apa yang mereka lakukan.  Seberapa sering kita mengucapkan kata sakti yang sering terlupakan dalam kehidupan nyata kita: Maaf.  Ya,… seberapa tulus kita mengucapkan kata itu pada suami, istri, anak, atau orang tua yang mengasihi dan kita kasihi.

Tapi di facebook,….kita bahkan terkesan begitu murah dan mudahnya mengucapkan ‘maaf’ dan ‘terima kasih’. 

Dengan facebook, kita sering berubah bagai motivator handal yang dengan manisnya memberi semangat, menguatkan, sekaligus menginspirasi orang lain.  Sesuatu yang tak pernah bisa kita lakukan di dunia nyata. Oleh karena itu, saya menyebut  facebook sebagai ‘Keajaiban Dunia Modern’

Tapi, sehebat-hebatnya facebook, toh hanya sebuah ‘alat’ yang bisa berubah rupa sebagai positif, sekaligus negative. beauty or the beast. Tergantung pada siap yang memegangnya.  Karena ke tangan tiap orang, dianugerahkan Yang Kuasa untuk melakukan kebaikan, atau kejahatan.

Ibarat ritual minum madu dan racun. Kalo kamu….?


Rapuh (Joeniar Arif)

kau tak tahu betapa rapuhnya aku
bagai lapisan tipis air yang beku
sentuhan lembut kan hancurkan aku
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
walaupun cinta tak sempurna
menghampiriku seketika
ingin kau tahu betapa rapuhnya aku

* kau tak tahu betapa rapuhnya aku
masih terasa luka  di masa lalu
ku pernah mencintai sepenuh hati

** dan ku terluka, luka membekas
bekas membuat, buat selamanya
selamanya ku, ku kan selalu
ku kan selalu rapuh

ku ingin tunjukkan kepada dunia
tak hanya ada karena masa lalu
tapi masih ada harapan bagi yang baru
kau tawarkan ku sejuta harapan
namun kenangan itu tak pernah hilang
ku ingin kau tahu betapa rapuhnya aku

repeat *, **
kau datang bagai hujan
basahi tanah hati
tapi kau lihat sendiri
luka ini

Saturday, June 11, 2011

KEEP U’R IMAGE COY…..!!!

Agak ngga jelas sich siapa yang pertama ngeluarin istilah  ‘Jaga Image’ alias jaim, yang dalam bahasa baku dikenal sebagai pencitraan diri. Tapi dugaan gue istilah jaim dipopulerin kalangan ABG, alias Anak Buah Grandong,…ups salah. Maksudnya Anak Baru Gede.

Ngomongin soal bahasa, gue bukan ahlinya. Tapi sepengetahuan gue, bahasa itu kan cuma soal kesepakatan doang.  Artinya, kalo kita bersama komunitas yang besar nyepakatin kalo benda berupa butiran halus berwarna putih yang rasanya manis sebagai gula pasir,  akhirnya lahirlah kebiasaan yang perlan tapi pasti, menjalar ke komunitas yang lebih besar lagi. Dan  akhirnya seluruh mahluk manusia yang bisa liat, bisa megang dan bisa ngerasain akan bersepakat menggunakan kata gula.

Kan bahasa gaul yang ‘ditetaskan’ dan dikamuskan mpok Deby Sahertian bisa popular karena banyak orang yang nyepakatin.

Balik ke soal jaim. Nah, lantaran gue juga ngga terlalu paham soal pendahuluan dan latar belakang di ‘tetaskan’-nya istilah ini, jadi gue cuma mengkait-kaitkan penggunaannya dengan rangkaian kejadian.

“Gila apa,..masa gue mau duduk di belakang. Ntar kalo di liat kolega ato anak buah gue gimana….?” Kata seorang kenalan yang nolak untuk duduk di ladbak belakang mobil panther.  Malu diliat orang.  Maklum,  doski (atau beliau ya…?)punya jabatan di tempat kerjanya.  Walau ‘ngga seberapa’

Di kesempatan lain, gue kenal seorang pengusaha peternakan ayam, yang punya lebih dari 15.000 ekor ayam. Setiap mendistribusikan telur-telurnya (maksudnya telur ayam,…bukan telurnya dia…hehehe), dia lebih doyan duduk di ladbak belakang mobil Mitsubishi L-300 yang udah butut, barengan telur-telur  jualannya. “Lebih enak. Kena angin…” katanya sambil ketawa.

Pas gue tanya sama orang kepercayaan, sekaligus sopirnya, dia bilang bosnya emank gitu. Rada senewen.  Pernah ada pejabat daerah yang nyempetin diri singgah ke kandangnya. Waktu itu si-bos lagi ngisi  tai ayam ke karung, untuk di jual sebagai pupuk. Si-pejabat yang baru turun dari mobil mengkilat ndeketin. “Panggilin bos kamu dong. Bilang dari Dewan Kota.” Si-pejabat keliatan jijik ngeliat tai ayam yang gumpal-gumpal  lagi dimasukin ke karung.

Lantaran si-bos ayam masih sibuk, dia mempersilahkan si-pejabat duduk dulu.  Pas 15 menit udah lewat, si-pejabat blingsatan, terus ndeketin si-bos ayam yang dikirain buruh kandang.

“Pak bisa tolong cepet dong. Waktu saya sedikit nich.” Kata si-pejabat tetap dengan sopan.

“Bapak mau ketemu saya toh, ya tolong sabar juga pak. Soalnya ini jam kerja saya.” Ujar si-bos ayam sambil meletakan sekopnya, dan pergi mencuci tangan.  Diakhir pembicaraan, ternyata si-pejabat mau minta dukungan dana dalam pemilihan. Si-bos ayam bilang ngga punya duit cash. Akhirnya si-pejabat pulang dengan diikuti semobil penuh telur ayam, sumbangan si-bos ayam.

“Nilai telur-telur itu Rp. 5 juta loh pak.” Kata si-bos ayam pada pejabat yang mau ngga mau nrima telur ayam sebagai sumbangan. Hehehe,….makan deh tu image bos….!

Gue  juga pernah ketemu teman lama  yang waktu di SMA ngga pernah berhenti ketawa ketiwi.  Paling doyan ngelitikin pinggang gue kalo lagi belajar. Malah, hal yang menurut gue ngga lucu, dan ngga perlu diketawain justru bikin dia cengengesan.  Eh pas ketemuan lagi setelah lebih dari 20 taon pisah,( doski berangkat ke Amerika, nanganin sebuah usaha) alamak…,  jangankan kelitik-kelitikan, senyum aja pelitnya minta ampun. Malah gue yang ngerasa jengah sama formalitasnya. Bayangin, waktu makan bareng, dia nyuruh gue ngebilas pake air panas, piring yang mau dipakenya. Gila…! Dikirain gue anak buahnya kali. Hahaha,…tapi sebagai temen, gue milih ikhlas ngelakuinnya.

Gue ngga mau cuma soal nyuciin piring bikin hubungan pertemanan yang udah gue jalin jadi rusak. And lagi, nyuci piring ngga bakal bikin nilai diri gue drop. Karena citra diri gue adalah integritas pribadi gue.  Prinsip hidup gue.  Image tentang diri gue, ngga mau gue tampilin lewat  cara gue berjabatan tangan, cara duduk yang elegan, atau cara gue tersenyum yang ngga boleh nampilin gigi. Terkadang, malah gue ngga ngerasa perlu untuk ngatur tata bahasa supaya keliatan intelek.    

Kalo disuruh milih, gue lebih doyan milih stylenya Tukul arwana, Sule, ato Abdel dan Temon yang nyata-nyata ngga bakalan punya prinsip ‘jaim’. Ketimbang politikus yang senantiasa tampil elegan, terhormat, jago ngomong, tapi tau-tau diborgol KPK lantaran korupsi.

Btw, persoalan jaim ato ngga jaim itu soal life style. Soal pilihan hidup. Hak mutlak masing-masing yang ngga bisa diganggu gugat. Kalo gue, lebih doyan sama prinsip yang bilang begini:
“Lebih baik disangka goblok daripada disangka smart. Lebih baik dikira kere daripada dikira kaya. Lebih baik dikira jahat daripada dikira baik.”

So, bagi jaim mania,……choose u’r life style. Keep u’r image coy….!!!! 

Message to the leaders in Yemen, Libya, Sudan, Thailand, Cambodia, Israel and Palestine.

You did not know me. I am just 1 of millions of people saddened by the humanitarian tragedy that happened in your country. The longer the death toll is growing. Stop killing each other. Have mercy on the children who lost fathers. Have mercy on the parents who lost children. Stop war. 

Many problems in our lives. Natural disasters, disease, famine, poverty. Do
not coupled with the war. I believe the war could be deterred. if you want. Stop War

why do not we help each other as fellow human beings ...?

Are we born to hate each other ..? To kill each other ..? I believe not So .... Stop war.

Let us reflect for a moment. War always leaves a lasting wound. War is not typical of us as human beings. War is an animal instinct.                           We are fellow human beings who should love each other…?

Stop War…! For the sake of future generations.  loving generation Not a full generation of animosity and hatred. Generation of us all. human generations. Listen to your own heart. pure heart. heart who longed for peace. 

God would bless you

Tuesday, June 7, 2011

Tuhan Menciptakan Kejahatan…….?

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?
Apakah kejahatan itu ada?
Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?


Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang
mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini,
"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?"


Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,
"Betul, Dia yang menciptakan semuanya".
"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.
"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.


Profesor itu menjawab,
"Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan.
Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita
menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah
kejahatan."


Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.
Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia
telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.


Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata,
"Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor


Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa
lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.
Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali.
Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu
tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan
panas.


Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.
Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya.
Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa
warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.
Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap.
Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya
diruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."


Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah
kukatakan sebelumnya.
Kita melihat setiap hari, Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara
manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."


Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah,
Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.
Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya
kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari
ketiadaan cahaya."


Profesor itu terdiam.
(Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein).

Dikutip dari Anonim

BERANI POSITIF THINKING NGGA SAMA YANG INI…..?

Kebelet buang air besar, pas mau cebok, airnya mati, trus kamar mandinya ngga ada sabun ato tissue……

Udah seger habis mandi, pas handukan,…eehh,.handuknya penuh ama semut merah yang kecil-kecil, dan  udah sempet nggigit bahu sama are ‘sensitif‘


Udah keren abis…, and siap ke acara kawin, pake batik, celana di setrika setajem  piso,…eh pas di tengah jalan yang panasnya minta ampun, ban motor pecah, terus bensin abis. Pas lagi ndorong motor, ada mobil keren mepet. Nongol cewek cakep. Bukannya mbantuin, malah ngeledek: “Yaaahhh,…keringetan dong..!”

Perut kembung lantaran ‘masuk angin’,….giliran kentut udah ‘diujung’, eeehh mantan guru, ato Bos, ato cewek/cowok cakep ndeketin dan ngajak ngobrol….(terpaksa deh ‘disimpen lagi…)

Ngantri di loket, urutan k-38. Pas tinggal urutan ke-2, loketnya tutup krn tiket abis. (Padahal udah nolak tiket yang ditawarin calo, yang selisihnya Cuma Rp. 5000)

Pengen cepet-cepet ke kantor karena waktunya udah mepet (apalagi udah kena SP- 2 krn sering telat), di jalan ada sweeping POLANTAS. Waktu di minta nunjukin SIM/STNK, eeehhh dompetnya ketinggalan….

Ngejar waktu bikin laporan ‘tutup buku’. Jam udah nunjukin 22.00. Waktu mau nge-print, kertas abis sama sekali (yg banyak malah tissue roll…). Giliran udah dapet kertas (setelah  keringetan lari-lari ke tempat fotocopy yg ampir tutup),…eh tinta printernya abis.

Udah laper banget.  Pas sampe rumah, makanan ngga ada. Krn tanggal tua, terpaksa beli supermi. Eh giliran mau masak, minyak tanah abis. Terpaksa masak pake kayu bakar yg ngambil dari pohon yg  jaraknya 100 m dari rumah. Waktu superminya mateng dan siap disantap, eee..hhh kecoa bunuh diri nyemplung di supermie panas…..

Duduk di jamuan makan dg orang yg ngga saling kenal. Meja   menunya bisa muter kesana kemari.  Satu menu jadi sasaran target krn sangat mbangkitin selera. Setiap diputer, orang lain ngambil duluan. Pas  sampe didepan idung, yang tersisa cuma saosnya.

Waktu lagi jalan di trotoar, ngeliat  2 lembar 100 ribuan. Pas udah setengah jongkok mau munggut, eh anak kecil lebih dulu munggut. Pas melotot ke anak kecil, ee..hhh bapaknya nengok sambil senyum. “Kalah cepat ya..?” Katanya  

Terlambat ke bandara, nenteng koper yg gak ada rodanya, sambil  bawa tas yg digendong di bahu.  Tangan satu njinjing dos yg isinya mangga telor(ukurannya sedikit lebih besar dari bola bekel) . Tiba-tiba talinya putus, dan dosnya robek. Mangga nggelinding  ke segala arah. Ditinggalin sayang. Satpam Bandara udah melotot. Dipunggut satu-satu,..pesawat udah mau berangkat.

Hayooo, gimana,…..berani ngga positif thinking….?????