Terlepas
dari banyaknya kontroversi dan acakadutnya
Amerika Serikat, entah kenapa, gue ngga pernah bisa berhenti mengagumi bangsa itu.
Bahkan, tanpa harus menghapus kecintaan gue ke Indonesia, di benak gue
udah tertanam kalo Amerika Serikat sebenarnya berandil gede banget pada
kemerdekaan Bangsa kita. Coba deh loe
tanya semua guru sejarah. Apakah Indonesia
bakal Merdeka 17 Agustus 1945 kalo Amerika Serikat engga ngebom Hiroshima &
Nagasaki tanggal 6 and 9 Agustus 1945, hingga momen minggatnya Jepang akibat
dampak pengeboman tersebut, akhirnya di
manfaatkan untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tepat 8 hari setelah
pengeboman.
Btw,…hehehe,…sebenarnya
sih bukan itu topik yg bakal gue kupas, tapi produk-produk film karya USA yang
diakui apa engga , berpengaruh cukup significan ke tingkap-tingkap ilusi dan nalar kita. Sebut aja film Superman, Batman, Robin Hood, Spiderman,
Wonder Woman, Twilight Saga, Lord of The Rings, Transformer, The Fast and The Furious,
sampe ke The Avangers.
Film-film
yang menurut gue susah di cari tandingannya (kalo ada film yg meniru, terus
terkesan lebih hebat,..yah tetap aja niru. Bukan Ori)
Walau
film-film yang gue sebut barusan emang asli keren, tapi ada satu biji film yang cukup
mengulik kisi-kisi kewarasan gue, yang kerapkali gue pertanyakan sendiri. Judulnya Armageddon. Yup, film yang di bintangin beberapa actor ternama
seperti Bruce Willis, Ben Afflect, Liv Tyler, adn Billy Bob Thornton.
Emang sih
film fiksi ilmiah tahun 1998 tersebut sempet di anugerahin Academy Award,
sebagai film bencana terbaik tahun itu. Gue,
udah nonton film itu lebih dari 10 X.
Makanya gue
ngga bermaksud nyeritain film. Tonton aja
sendiri.
Gue
cuma mau cerita sedikit soal 2 adegan di
film Armageddon ini yang walau menurut gue simple, tapi punya nilai tersendiri
yang bisa di catat sebagai sebuah kilasan pergulatan kewarasan. Yah, kalo ngerasa waras sih, mungkin gak ada
nilainya. Jadi, pakailah kacamata
ketidak warasan.
Adegan pertama,
Si Charles
“Chick” Chappel (Will Patton) melenggang
ke rumah nomor 519, sambil di iringin lagunya Aerosmith. I don’t want to miss a thing…yang ternyata
emang pas banget jadi soundtrack film tersebut.
Seorang wanita
yang rupanya bekas istrinya menyambut di teras dengan tatapan dingin.
“Gue cuma kebetulan lewat, jadi gue mampir.” Chick berusaha mencairkan kekakuan.
Trus seorang
bocah laki-laki muncul sambil megang mobil-mobilan. Chick terpana melihatnya. Seolah melihat harta karun.
“Siapa dia mam ?” Tanya si bocah.
“Dia salesman…kamu masuk gih ke dalem”
Ibunya kurang senang dengan kunjungan Chick
“Wah, dia udah gede ya….” Ujar Chick
sedih
“Saya minta maaf untuk segalanya…” Chick
bermaksud pamitan, karena dia pikir, mungkin itu adalah pertemuan terakhirnya.
Rupanya mereka
sudah bercerai, dan keputusan pengadilan melarang si Chick menemui putranya.
Kesedihan
dan kemuraman berubah ketika si bocah tereak: “Si salesman masuk TV”
Ibunya yg
lagi nelephon kaget. Telephonya jatoh.
Di TV, tampak
sekitar 12 orang laki-laki berpakaian orange, yang siap menghanguskan dirinya
demi menyelamatkan populasi manusia di bumi.
Chick, yang di bilang sebagai salesman termasuk diantaranya.
Sambil meluk
si bocah, ibunya ngomong: “ Dia bukan
salesman. Tapi dia ayahmu….”
Ah, lagi-lagi Perceraian. Ya, dalam banyak kisah pilu perceraian orang tua, selalu anak yang akan menelan banyak pil pahit. Kenapa sich orang tua senang sekali cuma memikirkan diri sendiri....?
Adegan kedua.
Ketika Harry
Stampler sadar kalo dia ngga bakal selamat, karena dialah orang terakhir yang
bakal mencet tombol untuk ngancurin nuklir demi mbelah asteroid, supaya ngga
meluluhlantakan bumi. Dia pamit sama
anak perempuan satu-satunya. Grace Stampler (Liv Tyler)
Harry stampler: Grace, sory aku bohong. Aku ngga bisa mennemani kamu ke pernikahanmu. Aku sangat menyangimu Gracie.
Grace stampler:
Aku bohong waktu aku bilang aku ngga sama kayaq kamu. Dad, semua hal baik yang ada padaku, berasal
dari kamu. Aku juga menyayangimu dad.
Kenapa adegan
tersebut, walau sebenarnya simple, tapi punya makna mendalam yang cukup bisa
menggaruk-garuk sisi indah kemanusiaan kita ?
Gini,
kehidupan keras sebagai pengebor minyak, menjadikan Harry Stampler seorang
single parent, alias ayah yang membesarkan sendiri anak perempuannya. Grace.
Sehingga Harry terkesan terlalu mengekang kehidupan pribadi putrinya
itu. Yah dari sisi Stampler mungkin bisa
di maklumin, karena Grace, yang ngga ngerasain kasih saying ibu, harus hidup ke sana-kemari di tengah pria keras dengan life style ngga
karu-karuan.
Tapi sikap
‘over protective’ tersebut ngga bisa di terima nalar Grace. Wanita Amerika yang pengen merangkul dunianya
dengan caranya sendiri. Karena itu
respek Grace ke bokapnya rendah banget. Dia
kesel sama perlakuan over protective tersebut.
Karena menurutnya dia adalah wanita dewasa yang tahu apa yang harus
dilakukannya.
Saking
kurang respeknya, dia ngga pernah manggil bapaknya dengan sebutan ‘ayah’ tapi
nyebut namanya ‘Harry’……..emang bener-bener dah. Malah,
dia bilang kalo dia sama sekali ngga sama kayaq bapaknya. Ato, dalam bahasa lain ‘loe bukan bapak asli
gue kali ya’
Tapi
di akhir kisah, ‘perseteruan klasik’ ayah- anak berakhir dramatis. Grace dengan jujur melihat ‘sisi emas sang
ayah’ yang selama ini tertutup oleh kekesalannya. Ia bukan hanya memanggil Harry dengan sebutan
ayah, tapi juga mengakui kalau ia sangat bangga pada ayahnya, dan ia juga mengakui
bahwa ia sama dengan ayahnya. Bahwa semua
hal baik yang ada pada dirinya, berasal dari sang ayah. Dan ia sangat mencintai ayahnya.
Konon,
puluhan juta penonton, baik pria dan wanita di seluruh dunia tak kuasa menahan
tangis di scent akhir tersebut. Tapi suer,
gue engga (ngga mau ngaku maksudnya…hehehe)
--------------------ooo------------------
Ngemeng-ngemeng,
tornyata syair lagu I Don't Want to Miss a Thing yg jadi soundtracknya emang romantis
banget man….simak jo…!!!
I could stay awake just to hear you
breathing
Watch you smile while you are sleeping
While you're far away and dreaming
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever
Every moment spent with you is a moment I treasure
Don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing
'Cause even when I dream of you
The sweetest dream would never do
I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thing
Lying close to you feeling your heart beating
And I'm wondering what you're dreaming,
Wondering if it's me you're seeing
Then I kiss your eyes and thank God we're together
And I just wanna stay with you
In this moment forever, forever and ever
I don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing
'Cause even when I dream of you
The sweetest dream would never do
I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thing
I don't wanna miss one smile
I don't wanna miss one kiss
Well, I just wanna be with you
Right here with you, just like this
I just wanna hold you close
I feel your heart so close to mine
And just stay here in this moment
For all the rest of time, yeah, yeah, yeah!
Don't wanna close my eyes
Don't wanna fall asleep
Tak ingin tertidur
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing
'Cause even when I dream of you
The sweetest dream would never do
I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thing
I don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing