Tuesday, January 4, 2022

SANGIHE, PULAU KLASIK YANG PENUH DRAKOR

 

Tabea,...

Salam untuk semua orang Sangihe.  Met taon 2022.

Kalo gue nulis bahwa Sangihe ngga berubah significan sejak 12 taon lalu, itu kan opini and perspectif gue.  Lah emang gue bukan orang Sangihe yang menetap di sono.  Gue cuma ke Sangihe 1 taon sekali ato dua kali.  Ngunjungin kampung halaman nenek moyang istri tercinta gue.

(ada bagusnya, sebelom lanjut, loe baca tulisan gue 12 taon yg lalu. klik ini aja:  https://skysoputan.blogspot.com/2010/12/tahuna-kota-kecil-yang-misterius.html

Kalo ngomong pembangunan, pastinya ngomong ekonomi.  Dan ekonomi, bakal berkaitan sama sentra-sentra.  Udah, sampe situ aja yang gue tau dikit.  Xixixixi,...

Tapi gue coba kutip apa kata Presiden R.I, bpk Jokowi.

Ini tugasnya pengusaha melanjutkan apa yang telah dikerjakan pemerintah ini dengan membangun sentra-sentra ekonomi, pusat-pusat ekonomi, yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi kita,”

Kata Presiden Jokowi dalam acara Silaturahmi Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan buka puasa bersama anak yatim yang digelar di Hotel Ritz Carlton, Jakarta,

Kutukupretnya nih, pembangunan ekonomi sebuah daerah senantiasa berkonektifitas sama geliat politik.  Dunia abu-abu yang engga pernah gue pahamin.  Hehehe,...

Ni cuma contoh yang terjadi beberapa waktu lalu.  Yah, lagi-lagi menurut perspectif awam gue sih.

Kan  Bupati yg sekarang memerintah kostumnya kuning, tapi sebelumnya sang Bupati berkostum merah.  Nah, waktu pak Bupati masih pake kostum merah, pas mau pemilihan ulang, Agen kostum merah ngga berniat mencalonkan sang Bupati, tapi justru menyodorkan calon laen.  Jelas aja Bupati lama ‘blingsatan’

Enak aja loe.  Mosok gue penguasa Kabupaten ngga di calonin...” Yah kurang lebih bgitu ‘siulan rahasia’ sang pemimpin Kota.  

Dengan mengerahkan semua sumberdayanya, sang Bupati bersepakat dengan Agent kaos laen.  Agent Kuning.  Dan di mulailah pergulatan menuju tampuk singgasananya yang coba ‘direbut’ dg tidak elok.

Sambil menggandeng salah satu sosok beken kota Tahuna, yang juga mantan penata rias legendaris kota tersebut, dimulailah petualangan politik di rimba kejam tapi tampak santun: Pilkada.

Dan ajaib.  Lewat pergulatan panjang yang tidak hanya melibatkan sekumpulan teman, kerabat, dan handai taulan, tapi juga kekuatan magic adikodrati (organisasi Gereja), sang Bupati yang berkuasa, kembali memenangi pergulatan tersebut hanya dengan sekali gebrak.

Kostum Kuning menyeruak memenuhi Pantai, Gunung, Lembah, dan seantero perkotaan.

Sayangnya, kenelangsaan justru bermula dari sana.  Yah, lagi-lagi,...menurut perspectif gue.  Hehehe,...Sang Bupati terpilih yang di anggap mbalelo oleh agent merah memerintah dengan kuyu, kusam, dan loyo.  Terlihat jelas dari pembangunan kota yang tampak jalan di tempat.  Semuanya biasa-biasa saja.  Hambar, laksana garam kurang sayur,...eh salah, maksudnya sayur kurang garam.

Tau kenapa ?  Senyum dulu sebelum lanjut.

Politik acakadut.  Yah, karena Bupati Sangihe dianggap mbalelo oleh merah, jadi aliran dana yang seyogyanya di suntikan untuk pembangunan dan perkembangannya jadi tersendat-sendat (atau di sendat-sendatkan) sebagai bentuk ‘hukuman indah’ akibat tindakan pembaleloan tadi.  Ato, para calon investor yang bisa di arahin ke Sangihe, engga di fasilitasin sama petinggi  agent warna tertentu yang singgasananya lebih tinggi dari Bupati.

Tapi yah bisa juga sih ada opsi dugaan ke-2: Dana besar kemungkinan sudah di alirkan dengan sukses, tapi,...ehmmm,...ehmmm...only God knows.

 

 

Please forgive me God,....

Sekarang, posisi Bupati akan di pegang oleh Pejabat Sementara, sambil menunggu Pilkada mendatang di 2024.  Dan siapapun sosoknya, Sangihe ngga akan banyak bergeming.  Kusam, loyo, dan bakal biasa-biasa saja. Hehehe,...lah wong di pegang Bupati aja gitu, apalagi,...upsss,...sory,..sory.  bukan maksud gue mengecilkan makna pejabat sementara.  Silahkan loe-loe nilai sendiri deh kesono-kesononya.

Sebagai penulis acakadut yang gak tau apa-apa soal penata laksanaan kota, mungkin gue lancang kalo kasih masukan untuk Pejabat Sementara, tapi tetep gue bersikukuh nulis untuk kasih masukan.

Gini,....coba lah konsultasi sama pakar-pakar yang asli pakar untuk gimana nanganin longsor yang selalu jadi momok di Sangihe.  Bukan gimana mbrentiin hujan, tapi mengurangi potensi titik-titik  longsor, beserta dampaknya. Satu. Trus, perbanyak & perbaiki sarana/prasarana untuk obyek wisata.  Hey, haloooo, orang Sangihe yang banyak duit banyak loh (Walau bukan gue salah satunya,...ehm,...gue berharap sih, hehe...) Yah, cuman banyak yang ngga mau nunjukin.  Kan kalo Sangihe jadi menarik, nantinya para orang kaya Sangihe bakal manggil temen, kerabat, and handai taulannya yang kaya-kaya laen di seantero Indonesia, untuk plesir ke Sangihe, and ngabisin duit di sono (apa masih mau gue ajarin maksudnya ngabisin duit di sangihe,...?).  Dua tuh.  And ke-3, Dagho jangan cuma dianggurin kwa.  Kelola yang serius.  Kalo susah dibikin sentra Perikanan, bikin kayak Ancolnya Jakarta kek,..Sumber duit tuh broe,.....

Terakhir.  Untuk agent kostum warna-warni (politik bro,...politik).  Kapan sih loe-loe bisa tulus untuk rakyat....? Slogan kita masih Dari Rakyat, Oleh rakyat, dan Untuk Rakyat kan ?   Kalo ngga bisa konsisten sama slogan tudia,...ya ganti aja.  Misalnya, berakit-rakit ke hulu,...berenang aja sendirian.  Hehehe,...untuk Rakyat ngga usah kebanyakan drakor kwa....

Penutup.

Mungkin bakal ada pejabat, atau warga  Sangihe yg sial banget mbaca tulisan gue, trus keberatan, and koment:

Eh, kalo bikin tulisan, coba yang realistis dong.  Cari data-data akurat yang bikin tulisan kamu seimbang.  Jangan sepihak.  Jangan fitnah...”

Gue mah bakal nyantai aja.  Kan ini tulisan gue.  Opini, sekaligus perspectif gue.  Terserah gue dong.  Sama ama pelukis yang ngelukis laut berwarna kuning.  Kan waktu dia di tanya kenapa laut warna kuning, bisa aja dia ngomong kalo itu mimpi waktu dia tidur yang kemudian di lukis.

 

terinspirasi waktu di tempat makan di Mangrove,...29 Dec 2021 

(notes: semua gambar minjem dari mbah Google)