Friday, March 25, 2016

Ngga Semua Kisah Berakhir Indah



Gue buka sama lagu asyiknya Jikustik nih,…nyanyi bareng yoooo

Akhiri ini dengan indah


Aku tak kan pernah jadi sempurna
Ingin aku tetap seperti adanya
Jangan salahkanJika diriku mengabaikanmu
Sebuah alasan yang sungguh sempurna'tuk tinggalkanku

Reff:…..Ketika slamanya pun harus berakhir akhirilah ini dengan indah
Kau harus relakan setiap kepingan waktu dan kenangan
Ketika pelukanku pun tak lagi bisa menenangkan hatimu yang sedih
Aku memilih 'tuk mengakhiri ini dengan indah

Engkau mencoba menahan isak tangis yang dalam
Dengan sisa-sisa ketegaran yang masih kau simpan

Back to Reff…………….

--------------------------ooo-----------------------

Pastinya bnyk dong dari all of you yang pernah denger lagunya Jikustik ini. So sweet toh ?

Demi kepentingan temanya, syair lagu tersebut memang harus terdengar manis: berakhir dengan indah  Tapi toh ngga semua akhir haruslah indah,  karena terkadang, sesuatu harus mati demi sebuah hidup yang baru.  Sesuatu memang  harus berakhir,  tanpa perduli indah atau tragis, manis atau kecut.

Berakhir dengan indah tentunya merupakan impian sebagian besar manusia: Lulus dengan nilai tertinggi,  pensiun dengan jabatan puncak, dan uang melimpah, dikalungi medali emas untuk cabang olah raga yang di gelutinya, memperoleh hadiah pulitzer,  mengantongi predikat best seller untuk karya-karyanya, Cum Laude, meraih gelar Profesor, atau setia dengan pasangan hidupnya hingga maut memisahkan,

Itu sebabnya  kebanyakan kita kurang suka nonton film yang tokoh utama atau jagoannya mati di bagian akhir.
foto diunggah dari Google. 1 dari 10 pemenang Pulitzer, ttg bocah yg mencari orang tuanya.

Istri saya terlihat sedih ketika mendengar tokoh idolanya sejak muda,-Koes Hendratmo, bercerai dengan istrinya setelah 25 tahun menikah.

Kitapun harus dicengangkan oleh kisah yang tidak berakhir indah manakala hingar bingar pesta yang semula  begitu spektakuler, harus diakhiri  dengan catatan kelam tokoh-tokoh terkenal dan terhormat di negri ini, kayaq Anas Urbaningrum, Sutan Batoegana, Ratu AtutChosiyah, Anglina Sondakh, Antasari Anhar,  Surya Dharma Ali, Dr. Andi Malaranggeng, Miranda Goeltom, Rudi Rubiandini, Aulia Pohan, hingga  O.C Kaligis, dimana mereka harus dipermalukan  karena dipaksa memakai pakaian ‘tahanan’ di bawah sorot kamera  yang pernah memandikannya dengan kehormatan dan taburan bintang.

Kita begitu terobsesi oleh pandangan ‘hendaknya segala sesuatu  berkahir  dengan Indah,’ walau dalam kesadaran yang terlupakan, kita tahu bahwa terkadang  sesuatu harus mati dan berakhir tidak indah, demi sebuah kehidupan yang baru.

Di dunia Perikanan, kisah hidup ikan Salmon menyiratkan dengan jelas  konsep tersebut. 

Setelah ribuan mil mengarungi lautan, sang Salmon harus mengakhiri petualangan indahnya dengan kembali ke sungai,- tempat mereka memulai hidupnya sebagai Salmon kecil,  untuk bertelur , lalu mati demi kelangsungan keturunannya. 

Menakjubkannya, tradisi tersebut tak pernah di putuskan oleh keturunannya selama berabad-abad.  Para Salmon tahu persis arti sebuah ‘akhir tanpa mahkota’ 

Kisah mahluk-mahluk raksasa kayaq dinosaurus, dan sebangsanya, juga harus berakhir, guna mempersiapkan hadirnya mahluk termulia bernama manusia.  Karena jika tidak, manusia bakal jadi salah satu dari 4 sehat, 5 sempurnanya para Dinosaurus.

Bahkan Adolf Hitler-pun harus menerima takdirnya untuk mengkahiri perjuangannya dengan kegetiran, demi menghindarkan kita yang hidup saat ini, dari balutan kengerian mencekam.


Cornelis De Houtman dan rombongan Belandanya toh harus mengakhiri mimpi indahnya secara tidak indah demi kemerdekaan Indonesia. 


Begitu juga dengan kedigdayaan Jepang yang semula bakal menuai kisah indah, harus berakhir ironis dengan bom atom yang jatuh di Hiroshima & Nagasaki.

Bahkan, kalau William Sheakespeare mengakhiri kisah Romeo & Julietnya dengan indah, mungkin ngga akan melegenda sepanjang masa.


Pada akhirnya, kita yang mengklaim sebagai mahluk tercerdas di bulatan bumi, harus menerima fakta kalau kecerdasan luar biasa yang kerap kali mencengangkan dunia manusia, tak pernah mampu membuka sebuah paket misterius tentang sebuah akhir perjalanan.  Akhir kehidupan.

Kita yang sukses menciptakan tekhnologi super canggih, justru dengan arogannya tengah berusaha mensejajarkan diri dengan Sang Khalik, padahal, harusnya kita sadar bahwa indah atau getirnya sebuah akhir, adalah sebuah Karunia dari Sang empunya Kehidupan, yakni Allah yang Maha Kasih itu sendiri.

Selamat Paskah…..