Wednesday, July 24, 2013

terserah....terserah...masa bodo



Terserah loe bilang gue sombong
Terserah loe juga bilang gue munafik
Kalo loe yakin gue ngga perdulian juga terserah loe
Mau bilang gue pemales, ngga produktif,...terserah
Ato loe pikir gue bego, ngga cakep lagi, gendut, engga seksi... terserah juga

Loe mau mengklaim gue  apa pun terserah loe
Emang loe ngasih makan gue ?
Loe bayar gaji gue ?
Ngisiin pulsa gue ?
Ngisi bensin motor gue ?
Terserah....terserah....terserah
Masa bodo.......
Kan kerja loe cuma melotot and nuding gue melulu  
Gue hancurin juga loe...

Dasar cermin sialan....

Wednesday, July 17, 2013

SEPUCUK LALAT PADA SETANGKAI KOPI



Bisakah kau mengartikan kegalauan ini:

di penghujung senja yang hampr terlewati, setelah satu demi satu gejolak ombak aktifitas mereda, aku terhenyak pada kursi tua nan rapuh hasil karya tukang kayu tua yang tak pernah henti tersenyum.  Kutarik napas sarat kumpulan partikel asap dan abu, sambil merogoh saku berisi sebatang rokok.  Tapi terpaksa kubatalkan saat kudengar gemercik air di kamar mandi yang lebih kuat menggodaku untuk segera menggerayanginya. 

Aku tak sempat menghitung cedokan air yang menggelinjang menjilati tiap lekuk tubuhku yang pernah menggoda gadis-gadis muda dulu.  ah, aku memang tak suka berlama-lama di kamar mandi.  Malu melihat tubuh telanjangku yang hanya pantas dieja dengan satu kata: gumpalan lemak abstrak.  Huh.

Tak butuh waktu lama bagiku menghadirkan secangkir kopi panas yang aromanya menyeruak dan menyusup ke rongga hidung dan bercengkerama dengan sel-sel syarafku.  Ah,...masih dapat kurasakan masa-masa kemudaanku yang  terekam pada lembar-lembar kertas buram bernama foto.

Sambil memandangi barisan pohon, kuraih cangkir kopiku, lalu kuseruput cairan hitam kental yang telah menemaniku lebih dari 25 tahun....mmmmhh...arrrgghhh,....aku tidak suka cengkih,...kenapa sebutir cengkih harus menyelinap di kopi panasku,...astaga....ini bukan cengkih.  Ini lalat.....

Kenapa kekejaman kecil ini harus merusak sore-sore indahku yang kini tak lagi sempurna.

Wahai Pencipta, untuk inikah Kau ciptakan sepucuk lalat ?  Untuk merenggut sore indahku dengan setangkai kopi ? 
Aku tahu ketika malam semakin tertatih: Tuhan membujuku minum kopi bersamaNya


Wangurer, pukul 17.55
After read the novel: “the shack”