Sunday, January 29, 2012

SURAT TERAKHIR DARI AYAH……. (KEPADA 3 HANTU)


Anak-anakku tercinta.  Ayah tidak tahu apa arti surat ini bagi kalian, tapi dari balik jeruji besi ini, ayah ingin memberikan sesuatu.  Anggaplah sebagai kenang-kenangan terakhir dari seorang pria yang pernah kalian sebut dengan ayah.

Ayah tidak pernah tahu di mana kalian berada, atau telah jadi apa kalian saat ini.  Tapi untuk yang terakhir kalinya ayah memohon kepada Tuhan, kiranya tulisan ini sampai ke tangan kalian.

Ayah sadar kalau ayah tidak pantas menerima maaf dari siapapun atas apa yang telah ayah lakukan.  Termasuk dari kalian.  Tapi di sisa hidup ayah, menjelang hukuman mati ini di laksanakan, ayah telah bersujud dengan kesungguhan hati, memohon pengampunan dari Tuhan.  Dan anehnya, hati ayah merasa sungguh terbebas.  Bahkan dalam penjara isolasi yang terasing ini.  Terkurung dalam kegelapan dan kesendirian.

Ayah sungguh merasa terbebas dan damai, dibanding saat berkeliaran sebagai buronan paling di cari polisi internasional.

Anak-anaku, ayah telah sangat lama kehilangan kebanggaan sebagai pria berpredikat ayah.  Tapi sungguh, ayah pernah memiliki kebanggan itu.  Kebanggaan saat ayah dengan gaji yang masih sedikit- tapi halal-bisa membelikan kalian mainan dan makanan, hingga kalian tertidur pulas karena kenyang dan kelelahan.  Tahukah kalian, ayah masih menyimpan kenangan indah itu.  Kenangan saat ayah melihat kalian dan mama kalian tertidur pulas bagai malaikat.

Ayah juga tidak lupa saat ayah memukul si-sulung dengan ikat pinggang hingga memar.  Bukan,..bukan karena ayah benci, tapi justru karena cinta ayah.  Karena ayah takut terjadi apa-apa dengan  si-sulung yang bermain di sungai yang dalam dan deras, sedangkan ayah tahu persis kalau si-sulung tidak bisa berenang sama sekali.

Ayah juga pernah memukuli si-tengah dengan kayu hingga ia menjerit-jerit ketakutan karena kaki kirinya bengkak.  Itupun bukan karena ayah benci.  Justru karena ayah kuatir si-tengah celaka karena bermain dengan orang dewasa yang mencari ikan dengan aliran listrik bertegangan tinggi.

Begitu juga dengan si-bungsu yang ayah cubit hingga pahanya biru lebam.  Juga bukan karena benci. Tapi ayah tidak ingin si-bungsu celaka karena bermain korek api dan satu jerigen penuh bensin di tumpukan kayu kering secara sembunyi-sembunyi.

Tanpa pernah kalian tahu, ayah selalu menaikan permohonan aneh kepada Tuhan saat kalian sakit.  Ayah memohon kiranya semua penyakit kalian di pindahkan ke tubuh ayah.  Biarlah ayah yang sakit, jangan kalian.  Karena ayah tak sanggup melihat kalian menderita.

Anak-anaku, secara spiritual ayah memang sudah dibebaskan.  Ayah sudah bertobat.  Tapi ayah tak mungkin menghindar dari penghukuman, karena semua kejahatan yang telah ayah lakukan.  Ayah sadar sepenuhnya kalau ayah tak mungkin menghapuskan begitu saja semua kepedihan, rasa duka, kesakitan dan penderitaan yang banyak orang alami karena kejahatan ayah.

Sejujurnya, ayah ingin menemui semua pihak yang telah menderita karena ayah, dan rela menerima perlakuan apapun yang akan mereka lakukan, tapi ayah tahu itu tidak mungkin, karena ayah telah berada dalam hukuman Negara.

Saat ini ayah baru sungguh memahami makna kata-kata: “Apa yang kau tabur akan kau tuai”

Anak-anaku, di usia ke-75 ini ayah telah melewati berbagai pahit getir, onak dan duri kehidupan .  Ayah paham betul arti jahat, sama pahamnya dengan makna kebaikan.  Tapi sayangnya, ayah tak dapat menebus semua kejahatan ayah, dan menggantinya dengan kebaikan.  Ayah sudah terlambat. 

Dan untuk alasan inilah ayah mencoba meninggalkan sesuatu yang ayah harap ada faedahnya buat kalian, anak-anak ayah,  dalam menapaki kehidupan.

Anak-anakku, dalam perjalanan hidup ini, ayah telah berjumpa dan bergul dengan begitu banyak orang, dengan beragam karakter.  Banyak yang baik, tapi tidak sdikit yang jahat (seperti ayah).  Banyak pembohong, tapi juga banyak yang jujur.  Ada yang tulus, tapi gak sedikit yang bermuka dua.  Ada yang sombong, tapi banyak yang rendah hati.

Banyak orang yang doyan mengumbar janji tapi gak pernah menepati, tapi gak sedikit yang suka bikin kejutan, tanpa janji-janji.  Banyak orang suka mengeluh, tapi tetap melaksanakan apa yang dikeluhkannya dengan baik, tapi ngga sedikit yang ngga pernah kedengaran keluhannya, tapi ngga pernah menyelesaikan tanggung jawabnya.  Banyak orang pintar sekali bicara, tapi cuma tong kosong berbunyi nyaring, tapi ngga sedikit yang ‘bodoh’ bicara dan selalu berbuat.

Dan berkaitan dengan karakter unik yang beragam itu, ada point penting yang perlu kalian tanamkan dalam hati:

“Berpikir positiflah pada semua orang,  tapi lihatlah buahnya.  Lihat apa yang diperbuatnya. Bukan apa yang dikatakannya…”

Kalian akan menemui banyak wajah polos tanpa dosa yang ternyata pembunuh keji, penghianat, penipu ulung, atau musuh dalam selimut.  Sebaliknya, tidak sedikit  seorang bertampang  garang yang berhati malaikat.  Karena dari buahnya-lah kalian akan tahu.

Ayah yakin kalau kalian tahu bahwa hidup ini adalah pilihan.  Ingatlah pesan ayah: “Berjalanlah selalu dalam kebenaran.  Pilihlah selalu yang benar..”

Karena pada prinsipnya, tidak semua yang baik itu benar.  Tapi yang benar pasti baik.

Dunia akan selalu berubah, tapi Kasih dan Kebenaran akan tinggal tetap.  Tak lekang di makan waktu.

Anak-anakku tercinta, tidak ada hal yang lebih menyakitkan bagi ayah selain menerima kenyataan kalau ayah telah mentelentarkan hidup kalian.  Membiarkan kalian  hidup tanpa arahan pada kebenaran yang diberkati. Tapi ayah berdoa dan berharap kalian baik-baik saja, hingga membaca surat terakhir ayah ini.

Anak-anaku, surat ini ayah tulis 3 hari menjelang hukuman tembak.  Tapi ayah sudah bicara dengan sipir penjara, untuk menyampaikan surat ini kepada kalian, bagaimanapun caranya.

Dari ayah yang sangat mencintai kalian

Selesai

###########################################################

Tanpa pernah disadari sang ayah, di tempat yang sama, di penjara isolasi tempatnya menulis surat terakhir, 3 sosok hantu baru selesai membaca surat tersebut.  Ke-3 hantu tersebut hanya bisa menitikan air mata.

Hantu pertama adalah si-sulung.  Tewas pada usia 38 tahun akibat berondongan senjata agen DEA di perbatasan Puerto Rico dan Mexico, saat kontak bersenjata ketika hendak menyelundupkan Narkotik sebanyak 12 ton dengan container yang di bungkus jerami.

Hantu kedua adalah si-tengah.  Tewas pada usia 33 tahun, akibat peluru sniper polisi Hongkong saat merampok sebuah bank, dan tengah menyandera 25 nasabah dan staff bank. 12 orang tewas dibantai si-sulung. 5 diantaranya adalah anak-anak.

Hantu ketiga adalah si-bungsu.  Tewas saat memasuki usianya yang ke-27, akibat overdosis Heroin.  Yang bersangkutan adalah buron polisi karena di duga membunuh seorang polisi, Pendeta dan tokoh Partai politik (atas bayaran saingannya sebesar Rp. 30 juta)

Anak-anak kerap lupa rangkaian kata dan nasehat orang tua,  tapi  merekam dengan baik dalam memorinya,  banyak hal yang diperbuat orang tuanya.

Apa artinya sejuta kata indah dan tulisan inspiratif tanpa TELADAN HIDUP

Apa artinya kau memiliki seluruh dunia, jika kau tak punya KASIH

Kepada semua orang tua yang mengasihi anak-anaknya. Ingatlah, kalau dunia bermula dari rumah.

Tuesday, January 24, 2012

FROM BITUNG TO KOTAMOBAGU WITH UETA


Apaan sich hoby..? Gue terjemahin ala gue aja yee.  Hoby adalah aktifitas yang ‘normal’ bagi pemilik, tapi ‘abnormal’ bagi pihak lain, yang dilakukan secara rutin, dengan/atau tanpa pertimbangan ekonomi.
Terima aja ya,..gak usah protes sama definisinya. 

Apa loncat ke jurang puluhan meter cuma dengan ngiket pergelangan kaki merupakan aktifitas normal buat orang yang ngga hobi…?

Apakah para mancingkers merupakan kumpulan orang oon’ yang bego ngitung selisih antara beli ikan di pasar sama ongkos operasi mancing yang mungkin mencapai puluhan juta…? Hehehe….harga sebiji alat pancingnya aja sampe jutaan.  Belom sewa kapal. Mo ngomong perhitungan ekonomi…?

Apa sich yang diperoleh setelah hoby terlaksana..?  Yah, emang banyak hoby yang memberi nilai tambah, tapi ngga sedikit yang mengeluarkan budget tambahan.  Tapi pastinya ada kepuasan pribadi yang buat orang lain ngga ngaruh sama sekali.

Gue misalnya, bangga banget bisa nidurin 98% puncak gunung di Sulut (kecuali Awu dan Karangetan).  Tapi kan kebanggaan gue gak punya arti apa-apa buat orang yang ngga doyan mendaki gunung.

“Cuma buang energy percuma.  Naek, terus turun lagi.” Gitu seloroh mereka

Nah berkaitan dengan hoby tadi, pada tanggal 21 – 22 january 2012, gue ama temen-temen pabrik ngelakonin hoby tualang pake motor, yang bertajuk:

“From Bitung To Kotamobagu With Ueta”

Oh ya, ini daftar temen-temen gue yang ikut serta: jangkrik, boto-boto, kakerlak, rie-rie,…upss,..sory..sory.  Salah.  Hehehe,..soalnya gue baru nonton saluran TV Manado, jadi terpengaruh di tulisan (aduh, males mau ngapus….).  Nidia nama-nama yang sebenarnya: Kazumichi Ueta, Yudri Mangkey, Tomi Paulus, Fernando Kilapong, Bobi, Dani Palilingan, Jani Poluan, Apeles Lasut, Jun Wori, Santria Posumah, Rival Waroh, Meike Janis, Nita Darome, Hamdan Mamonto, Jefri Malombeke, Novi Tulandi and gue.

Btw, kenapa judulnya “……..With a Ueta..?”

Gue jelasin dikit.  Kazumichi Ueta merupakan perwakilan owner Jepang yang ditempatkan di PT. Celebes Mina Pratama, guna bekerja sama (sekaligus mengawasi)pekerja-pekerja Indonesia-termasuk gue-dalam mengolah dan mensuplai produk ikan kayu ke Perusahaan induk di Marukhei Kathuobushi, Jepang.

Orangnya flexible, murah hati and low profile.  Tapi kalo soal kerjaan, yah, tau sendirilah style-nya Jepang.  Nguber and perfect.

Sebenarnya perusahaan tempat kita kerja aman-aman aja, hingga awal Januari 2012.  Terjadi  ketidak sepahaman antara CMP 01 dan 02, yang dalam hal ini adalah sesama pemegang saham.  Presiden Direktur dan Vice President.

Ibarat pepatah, Kingkong Vs Godzilla, yang berpotensi  jadi korban adalah para mahluk imut dan menggemaskan seperti kita-kita ini, para karyawan.

Lantaran kita harus memposisikan diri di pihak netral, ngga ke President, tapi ngga juga ke Vice-nya, ketika situasi mengarah jadi lebih hangat (sehangat pantat ayam…), maka beberapa dari kita yang tergolong beken (bekas kenek..)mutusin untuk ngelepas suntuk dengan melakukan Tour ke-3, ke Kotamobagu.  N’ lantaran Ueta juga pengen ikut, maka judul Tournya kita bikin seperti yang tertulis di atas, gitcu.



Rute

Bitung – Tenggari – Tondano – Remboken – Langowan – Ratahan – Belang – Basaan – Ratatotok – Kotabunan – Modayag – Kotamobagu – Amurang – Malalayang – Bitung.

Perkiraan jarak : 400 km

Kendaraan: 12 motor, 1 mobil dan 1 bendi (yang ini terpaksa batal karena kudanya minta gentian naek motor…hehe)

Kronologis

Kami berangkat dari Bitung tgl 21 jan 2012, pkl 14.15 Wita. Gerimis kecil cukup bikin deg-degan saat siap berangkat.  Gimana ngga, masa blom apa-apa udah harus basah.  Tapi syukur cuma syok terapi.  Gerimis berhenti waktu perjalanan masuk Sagrat. 

Waktu siap, 1 peserta terpaksa mundur karena satu dan lain hal.

Selepas Ratahan, ada insiden kecil yang melukai  kaki salah satu bikers, yakni Janni Poluan.  Doski nyungsep sama motornya setelah ban depannya masuk lubang yang cukup dalam. Sambil becanda, beberapa temen ngoceh,

“Yang bener aje om, masa lobang jalanan di sikat juga sich, udah bosen ama lobang yang biasa….?? hehehe…”

Becanda coy..!

Sampe di Ratatotok pkl 17.45 Wita.  Kami istirahat di Rumah Adat Minahasa milik adik kandung Bpk Ody Worang di Ratatotok.  Makan, ngopi, sedikit minkers, tidur.  Ada beberapa yang susah tidur lantaran pengen nyari kesempatan ngambil gambar mahluk-mahluk imut yang udah ngorok dan mengeluarkan cairan bau dari mulut hingga membentuk gugusan pulau seperti Lembe dan Pulau Kalimantan. (iler,..dodol..!!)
Malah ada salah satu anggota yang lantaran udah sedikit mabok, ngelindur sambil ngeluarin jurus-jurus kung-fu ala Wong Fei Hung.  Hiaaaat….coba ona ini tendangan tanpa bayangan reen…!! (Hehe…kiapa so bahasa Amurang…)

Tgl 22 Jan 2012, pukul 05.00 Wita kita ngelanjutin perjalanan, setelah sarapan supermi rasa Sogili Bawang (hehe..cari jo..).  Kita nembus kepekatan malam nan dingin sambil menyimpan dendam tidur yang kurang lengkap (soalnya waktu tidur, mata sebelah ketutup, sebelahnya kebuka…)

Pukul 08.15 Wita kita masuk gerbang yang bertuliskan “Selamat Datang Di Kotamobagu”

Pukul 09.30 kita ngopi and ngeteh di RM Bobara, lalu ngelanjutin perjalanan ke rumah orang tua salah satu peserta, Hamdan Mamonto.  Makan jagung rebus and nenggak coffee mix plus susu kental manis.  Sambelnya man,..extra pedas.  Kenyang, salaman, say thanx, and go to Manado.

Pukul 15.00 Wita kita tembus Kalasey.  Trus makan di RM Tegal. Ada yang sedikit konyol waktu mesen menu minuman.  Hehehe,…ada yang pesen juice nasi loh coy.  Bisa ngebayangin gak tuh gimana rasanya..? huahaha,..bilang aja pesen bubur.  Dodol….!!

Sambil nyeruput es kacang brenebon, gue muter lagunya Pasto feat Milka,

Kutatap dua bola matamu, tersirat apa yang terjadi,…
Oh sayangku, aku tak mau,..
Ku tau semua akan berakhir,…tapi kutak rela lepaskanmu….

Reff…….salahkah bila diriku, terlalu mencintaimu,..
Jangan tanyakan mengapa, akupun tak tahu,…

Selesai.

Trus,…apa hikmah dari perjalanan singkat tersebut…? Puas and cape.  Gitu doang,..pake hikmah-hikmah segala.  Emang Kultum…

Sampe ketemu di Tour selanjutnya. Gorontaloooooo,……wait for us…!!!

Tuesday, January 17, 2012

BUBU, ALAT TANGKAP IKAN TRADISIONAL


Dari sekian banyak alat tangkap ikan yang masih dipakai, mungkin bubu yang termasuk peninggalan zaman batu (pokoknya batu deh, mau batu bata, ato batu kali, terserah)

Selain sederhana, bubu juga ngga butuh tekhnologi  tingkat tinggi dalam pembuatan, dan pengoperasiannya.  Karena bubu bisa di buat cuma dengan potongan bambu kering, tanpa harus di blender ato dimixer lebih dulu.

Singkatnya, waktu bubu selesai dibikin, bisa langsung di letakan di dasar perairan yang cukup dalam (tapi mudah di jangkau), dan diikat dengan pemberat supaya ngga keseret  arus sampe jauh.  Di dalam bubu ada yang meletakan umpan untuk menarik calon tangkapan, tapi ada juga yang ngga.

Setelah beberapa lama, biasanya ada ikan ukuran sedang yang iseng nyelonong ke dalam bubu, dan gak bisa keluar lagi.  Nah, keberadaan ikan tersebut akan menarik perhatian ikan yang lebih besar untuk memakannya.  Ironisnya, ikan gede yang oon ini justru gak bisa keluar setelah pesta makannya usai, sampe si-pemilik bubu menjualnya ke pasar untuk  ikan bakar rica.

Kisah di atas seringkali gak beda sama hidup kita.  Banyak orang yang sebenarnya udah nyaman dengan berbagai capaian dalam kehidupannya, tapi karena doyan bertualang, akhirnya justru masuk perangkap, dan gak bisa keluar seumur hidupnya.  Entah terperangkap oleh Narkoba, perselingkuhan, judi, ato lingkaran setan korupsi.

Sering gue dapatin dalam kehidupan rumah tangga keluarga and temen-temen gue, yang waktu hidupnya memprihatinkan, menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari godaan selingkuh ato judi.  Tapi ketika perekonomian merangkak naik dan membaik, eh mulai  iseng nyobain Narkoba, paha-paha mulus, om-om manis yang keren, perlente dan nggemesin.  Akhirnya, salah satu ‘bubu’ sukses mengurungnya hingga gak bisa keluar lagi.

Kalo di jaman modern, jejaring social kayaq Facebook and Twitter juga sering jadi ‘bubu’ sakti yang gak perlu umpan sama sekali, tapi terbukti sukses mendapat tangkapan besar.

Gak sedikit rumah tangga bahagia yang jungkir balik lantaran salah satu pasangannya masuk ‘bubu’ brondong manis, ato paha mulus menggiurkan.  Padahal anak udah gede-gede, and yang bersangkutan sendiri udah pantes di panggil opa ato oma.

Walau cerai aja udah menyedihkan, faktanya gak sedikit kisah manis perjalanan cinta sebuah rumah tangga harus diakhiri dengan pembantaian tak berprikemanusiaan salah satu pasangan.  Liat aja Polisi di Batam yang tega motong-motong istrinya, trus memasukan mayatnya ke kopor, dan membuangnya ke jurang.  Padahal, kekuatan cinta yang mereka miliki udah terbukti sukses membawa kehidupan ekonomi mereka ke jenjang ‘manusia bermartabat’.  Cuma lantaran si-suami yang Polisi hebat, masuk ‘bubu’ wanita lain.

Setali tiga uang sama kasus Polisi (juga) di Bitung yang membantai anaknya yang baru 3 taon dan istrinya sekaligus.  Emang sich bukan dia yang mbunuh pake tangannya sendiri.  Dan lagi-lagi, lantaran suaminya masuk ‘bubu’ wanita lain.

Gue pernah inget sama kata-kata orang bijak yang bilang, ‘kalo ada godaan, hindari.  Tapi kalo ada tantangan, hadapi’
Cuma yang sering jadi persoalan, banyak orang yang matanya rabun sampe gak bisa mbedain mana ‘godaan’ atau ‘tantangan’

Yang gak kalah konyol, gak sedikit korban yang udah terperangkap di dalam bubu, begitu lihainya mengemukakan berjuta opini untuk membenarkan ketololannya.  Bukannya introspeksi dan menghentikan perbuatannya, eh malah berusaha cari ketombe item,..upss..maksudnya kambing item. 

Hehehe,…udah ah, ntar gue dikirain Rohaniawan yang sok suci lagi. Hehehe,…bukan begitu, gue cuma prihatin aja sama begiu banyak kekerasan yang ternyata di picu oleh hasrat liar manusia yang membiarkan dirinya terperangkap di ‘bubu’.  Padahal, kan gak ada di antara kita yang mau disamain sama ikan. Hehehe….(kecuali pict gw di FB)

Saran gue sich simple utk ngatasin supaya gak terperangkap di ‘bubu’ kehidupan.  1)Bersyukur dengan semua yang udah kita miliki,  2)Pengendalian diri  3)Senantiasa dekat sama apa yang kita sebut dengan Tuhan.

STOP KEKERASAN DAN PERANG...!!!

Wednesday, January 4, 2012

ISI = PANJANG X LEBAR X TINGGI


Sangihe, Tahuna. 01 Januari 2012

(ih judul apaan sich tuh...)

Gue ngga tau berapa umur anda waktu mbaca tulisan ini.  Tapi pernah ngga anda tanya ke diri sendiri, untuk apa anda hidup…?  Hehe,..udah bosen ya sama pertanyaan norak begini.  Ato anda termasuk orang yang kesel sama hal-hal teoritis and berbau sentimental…yach,..what ever-lah.  Tapi coba dech anda jawab pertanyaan tersebut.

Gue yakin kalo pertanyaan tersebut disodorin ke pembunuh berantai asal Amerika Serikat (sayangnya gue lupa namanya…) yang udah membantai 37 nyawa anak-anak, dan menanamnya di kolong rumahnya, dia ngga bakal menulis untuk jadi pembunuh sadis.  Kenapa gue yakin..?  Ya, karena gue percaya kalo di lubuk hati yang paling dalam dan paling suci tiap insan, slalu ada hal-hal mulia yang ingin dilakukannya.

Gue yakin kalo Sang Pencipta Yang Maha Suci dan Agung, gak bakalan menciptakan manusia berhati jahat.  Gue yakin kalo semua ciptaanNya pasti sempurna. Karena Dia sendiri sempurna.

Kalo faktanya ada manusia sekejam Jenghiz Khan, Hitler, ato Pol Pot yang semuanya udah membinasakan sekitar 50 juta jiwa, bukan berarti mereka disetting jadi pembunuh sejak lahir, melainkan karena rangkaian panjang hidupnya yang membuat mereka berespons salah.

Coba dech pelihara Srigala ato Harimau sejak bayi. Berikan makan dan kasih sayang dengan baik.  Bukan tidak mungkin Harimau dan Srigala tersebut menjadi lebih lembut ketimbang Merpati.  Tapi coba rubah perlakuan anda.  Kasih makan asal aja, trus gebukin tiap hari.  Hehehe,…jangan-jangan anda di bikin ‘steak manusia’

‘Tiap mahluk berespons atas apa yang diterimanya’…….Begitu menurut penelitian para ahli.
Tapi Yang Maha Suci Tuhan memberikan kehendak bebas kepada tiap insan untuk memilih ‘respons’ atas segala hal yang di terimanya.

Trus, apa kaitannya dengan pertanyaan ‘Untuk apa kita Hidup…?’  Ok,sederhanya gini, entah kita sadarin ato ngga, tindakan yang kita jalanin dalam hidup keseharian kita, akan menunjukan respon apa yang sebenarnya udah kita pilih.  Apakah kita berespons sebagai orang yang  “Semuanya harus demi gue” ato “Hidup gue juga harus memperhatikan hidup orang lain”

Ok, gue ngga terlalu tertarik membahas yang “Semuanya harus demi gue”….Kenapa..? Silahkan  renungkan sendiri deh.

Idealnya, kita emang harus hidup bukan untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk orang lain.  Karena kita emang gak mungkin hidup tanpa orang lain koq.  Lah wong Tuhan aja menciptakan Hawa supaya Adam gak sendirian.  Nah, karena ketidakmampuan kita hidup sendiri itulah membuat kita juga dibutuhkan orang lain. 

Siapa sich orang lain itu..? Orang Africa..? Mexico..? Ato Suku Dani di pedalaman Papua..? Bisa ya, bisa tidak.  Karena orang lain itu bisa aja anak-anak kita, suami/istri, orang tua, kakak/adik, sepupu, ato tetangga-tetangga terdekat kita.  Orang-orang yang cuma sejauh jangkauan tangan kita.

Jujur, gue sering terharu plus iri sama perjuangan seseorang ato sekelompok orang yang penuh dedikasi dan pengorbanan tanpa pamrih menolong kaum lemah yang butuh pendidikan, pengobatan, ato peningkatan taraf hidup.

Tapi di tengah keterbatasan gue, akhirnya gue harus ‘berdamai’ dengan diri gue sendiri, hingga gue mendapati sebuah ‘aha’…sebuah pemikiran dari sebait kata-katanya Kahlil Gibran:

“Kalau anda gak bisa jadi jalan besar, jadilah jalan setapak yang mengantar orang ke mata air”

Kita ngga harus jadi kayaq Warren Buffet yang menghibahkan puluhan Milyard kekayaannya untuk yayasan social yang menolong orang-orang kurang mampu, ato para pejuang kemanusiaan yang begitu menginspirasi kehidupan.  Karena buat gue, dengan tidak merampas hak-hak orang miskin dan anak Yatim Piatu juga sudah merupakan sebuah tindakan yang berarti untuk hidup orang lain.

Putri bungsu gue yang baru 4 taon, Berlian, seringkali ndesak mamanya untuk mbeli apa aja, entah daun singkong, ubi, pisang goreng, dll, yang di jual anak-anak kurang mampu yang lewat depan rumah.  Bukan lantaran dia tertarik sama dagangannya (emangnya tau apa dia soal daun singkong...), tapi perasaan ibanya pada si-penjual.  Karena cuma kata ‘kasihan’ yang keluar dari bibir mungilnya yang cerewet waktu ndesak mamanya.  

Walau kadang uang di rumah udah pas-pasan, tapi gue ama istri gak mau ngecewain si-bungsu.  Kita gak mau memadamkan benih-benih keperdulian yang bersemi di hatinya.  Sebaliknya, kami berharap dan terus memupuk benih tersebut agar berbuah bagi kehidupan orang banyak kelak.

Akhirnya, taon 2012 udah kita jalanin. Dan ini tulisan gue yang pertama tahun ini.  Gue yakin isu sentral masih tentang (dan selalu) kehidupan manusia dan masa depannya.  Loh,…kan akhir dari semua isyu di bumi adalah tentang kehidupan manusia.  Emang pemanasan global masih ada artinya kalo semua manusia udah gak ada lagi…? Apa pentingnya topik Keruntuhan Ekonomi Eropa kalo bumi tinggal berisi kutu, kelelawar ato kecoa ngesot..?

Nah, berarti kita gak akan lari jauh dari persoalan “Kita Hidup Untuk Orang Lain Juga”

Di bagian terakhir sekali, gue inget sama rumus Matematika untuk mencari Isi Persegi Panjang:  Panjang x Lebar x Tinggi

Mungkin sinkron juga ya sama kehidupan.  Bahwa hidup bukan soal berapa Panjang kita hidup, tapi juga seberapa Dalam (tinggi) dan Lebar kita mengisi kehidupan itu sendiri.

Sinkron juga sama kata-kata ahli kehidupan, yang Beliau sampaikan saat Lokakarya di sebuah bukit:
“Berbahagialah orang yang murah hati….”

Jangan lelah untuk kampanyekan: Hentikan Perang dan kekerasan di Indonesia, hingga ujung bumi

hey,....Happy New Year...May 2012 would be better......