Tuesday, April 19, 2011

KATSUOBUSHI FACTORY IN NORTH CELEBES


The Best Dried Smoke Fish Factory In Indonesia
Pasti udah ada yang bosen setiap mbaca tulisan saya tentang ikan kayu. Tapi kali ini tunggu dulu,…coba terusin mbaca sedikit deh. Siapa tahu ada yang sesuatu yang menarik (kalo pebisnis ikan, pasti ini menarik…hehehe….) karena di tulisan ini saya akan ‘membedah’ agak ke dalam tentang ikan kayu. Mulai dari pabrik, organisasi, cara pengolahan, hingga profit.

Oh ya, karena saya ngga terlalu doyan sama yang namanya monotonisme, jadi, saya nulis dengan cara saya. Cara yang sedikit slebor. Monggo……

Ikan kayu merupakan salah satu produk hasil pengolahan ikan yang berasal dari Negara Jepang, yang telah berumur lebih dari 200 tahun.  Berwarna hitam kecoklatan, dan keras seperti kayu (bisa mbikin benjol loh kalo di lempar ke kepala…hehehe…!)

selain produk ini kurang familiar buat lidah banyak orang Indonesia, harganya juga cukup mahal. Tapi bukan karena Indonesia ngga mampu beli, Cuma perspective kita aja yang lebih milih beli ikan segar, atau ikan olahan lain ala Indonesia. Makanya  produk ini tidak dipasarkan lokal, namun di lego ke luar Negri, seperti Jepang, Korea dan China.


PT. Celebes Minapratama

Merupakan 1 dari 5 pabrik yang mengolah ikan kayu di Sulawesi Utara. Tepatnya di Kelurahan Wangurer Timur, Lingkungan 1. Kota Bitung, Sulawesi Utara.










Berdiri tahun 2001, dengan owner Bpk Albert Ody Worang. Pria asal Minahasa Utara, yang masih terhitung cucu dari salah satu pejuang Nasional asal Sulawesi Utara, Alm. H.V Worang (kakak dari orangtua Bpk Albert Ody ).


PT. Celebes MP berkapasitas 20 ton, dengan jumlah karyawan mencapai 125 orang.

Volume eksport rata-rata tiap bulannya 72 ton

Karena strategi bisnis yang jitu, pada tahun 2009, Owner menjual seluruh asset PT. CMP pada salah satu Mitra-nya, yakni Marukhei  Kathuobushi  Inc. yang berpusat di Jepang, dengan ‘menyisakan’ kepemilikan saham sebesar 20% bagi Bpk Albert Worang.

Uniknya, owner menjual seluruh asset, justru pada saat PT.CMP tengah mengalami  laba terbesar selama 8 tahun geliat usahanya.


Struktur Organisasi

Dengan peralihan ini, managemen pun mengalami perubahan ‘ala Jepang,’ hingga struktur organisasi berubah sebagai berikut.

  (aduh,...sory,...bingung mau bikin struktur organisasi di blog. Urutannya begini: Presdir, Wakil Presdir, Direktur Operasional yg membawahi: Manager Produksi, Manager Keuangan, Manager Umum/Engeneer & Manager Personalia)


 Sertifikat dan Piagam Penghargaan

Bukan basa basi, PT.CMP merupakan pabrik pengolahan ikan kayu yang pertama di Indonesia yang mengantongi piagam HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Bahkan,…sssttt,…mudah-mudahan ngga ada yang tersinggung. Format Dokumen dan Manual HACCP PT.CMP konon dijadikan ciplakan (hampir 95%) beberapa pabrik ikan kayu lain.

Setahun sebelum kepemilikannya dialihkan pada Pengusaha Jepang, PT.CMP sempat dianugerahkan Presiden R.I, sebuah piagam Penghargaan yang namanya Primaniyarta (sayangnya, orang yg berandil besar memperoleh penghargaan ini sudah keluar. Namanya Mr. Servie Kilis, ex Ka. Bag Personalia), yakni penghargaan sebagai Perusahaan Peng-eksport terbaik se-Indonesia Timur. Dan lagi-lagi, merupakan piagam penghargaan yang belum pernah digenggam pabrik ikan kayu lain di Indonesia.


Tokoh kunci kesuksesan PT.CMP ?

Mr. Worang (berkacamata) & Mr. Kilapong
Keberhasilan sebuah organisasi pastinya tidak lepas dari peran serta dan keterlibatan semua pihak. Namun tetap saja ada ‘mahluk sakti’ yang menjadi pengendali game di PT.CMP. Selain Mr. Albert Ody Worang sebagai owner, geliat sukses PT.CMP tak lepas dari ‘tangan dingin’ seorang pria berumur 45 tahun asal Amurang. Kornelius Kilapong, Spd, yang memegang jabatan sebagai Direktur Operasional.

Konon, ada sebuah aturan tidak tertulis yang kerap dijadikan acuan para buyer ikan kayu Jepang dalam industry jual beli produk tersebut: Jaminan nama tenaga ahli. Di Indonesia, nama Kornelius Kilapong adalah satu dari ‘hanya’ beberapa tenaga ahli yang selalu direkomendasikan jika ingin memasarkan produk ikan kayu. Selain ‘jam terbang’ yang telah lebih dari 20 tahun, Mr. Kor, begitu panggilannya, juga telah paham benar budaya dan keinginan konsumen di Jepang.



Team Pendukung


Ngga mungkin kan kalo tokoh kunci bisa bergerak sendirian (kunci aja ngga bisa dipake kalo ngga ada pintu,….hehehe…). Jadi harus ada tim yang bisa mengejahwahtahkan instruksi atau petunjuk dari struktur di atasnya. Nah, nidia jawara-jawaranya


 Supervisor dan asisten Produksi


Supervisor & Asisten
Ibarat pepatah, ‘gak ada gading yang terbuat dari kerupuk,…ups,..ngerti maksudnya kan..?’ begitu juga sama kelompok manusia yang kami sebut sebagai Supervisor dan asisten. Kalo mau di cari kelemahannya, pasti banyak. Tapi yah ngga bisa dong Cuma ngeker kekurangannya aja. Karena without them, mungkin aja PT.CMP jadi pabrik tusuk gigi….hehehe…



  Staff kantor
  
Ini lagi nyantai & abis makan
Ini juga element terpenting dari nafas CMP. Emank sih kebanyakan wanita. Tapi mereka juga serba bisa deh (kecuali naek pohon kelapa loh…hushhh,…). Bisa nulis, ngetik, motong ikan juga, motong kuku, ngutex,…loh…loh,..maksudnya nimbang ikan, masak, apalagi makan…hahaha….(emank siapa sih yang ngga doyan makan..?). Mau tau ngga,….? Wanita-wanita caem itu dikomandani justru sama pria super janggo and jantan tentunya. Namanya Mr. Weny Hosang. Sang Manager Keuangan. Jagonya soal pajak tuh. (sayang fotonya lagi kosong,..soalnya doski males di foto sih. Males nyuci. Alergi sama rinso katanya…hehehe)


Hubungan Dengan Masyarakat


Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat , PT.CMP sering melakukan kegiatan sosial bagi masyarakat sekitar. Entah dengan pembagian Natura, sumbangan bagi sekolah, kelurahan, Gereja, Mesjid, serta memprioritaskan warga di sekitar, untuk bekerja sebagai karyawan. Malahan, sebelum penggunaan air tanah di kenakan retribusi, PT.CMP merelakan masyarakat sekitar untuk menggunakan air secara gratis.


Keperdulian Terhadap Dunia Pendidikan

Memang sih PT.CMP tidak membiayai gratis karyawannya untuk studi Master (S2) atau Doktor (S3), tapi memberikan keleluasaan yang hampir seluas-luasnya pada sekolah-sekolah yang hendak belajar. Mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Setiap tahunnya, pasti ada sekolah yang melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan). Bukan hanya itu, PT. CMP-pun memberikan kesempatan pada karyawannya yang hendak menuntut pendidikan yang lebih tinggi, dengan menyesuaikan antara jam sekolah/kursus dan jam kerja.



Tujuan pasar

Jepang, Korea, China, Rusia dan sedang penjajakan untuk nembus Eropa



Deskripsi Pengolahan Ikan Kayu

  1.        . Pemilihan bahan baku.



Merupakan salah satu langkah terpenting, karena pemilihan bahan baku sangat berpengaruh pada produk yang di hasilkan. Adapun ikan-ikan yang umum digunakan adalah:


a. Cakalang (Katsuwonus pelamis). Berukuran 
    150 gr – 4.000 gr
 b.Tongkol (Auxis Sp). ukuran 75 gr – 1.000 gr
        c.  Tuna (Thunus albacore). Berukuran 150 gr – 2.500 gr
        d.  Lemuru (Sardinella sp). Berukuran panjang 2 cm Up
        e.  Layang (Decapterus rusellii). Berukuran 100 gr Up   

    2. Pemotongan

Proses ini selain bertujuan membentuk spesifikasi produk yg sesuai   keinginan buyer, juga guna  mempermudah tahapan proses selanjutnya. 





3 Perebusan. Merupakan tahapan proses yang bertujuan mengurangi 
   kadar air pada produk, membuat kompak jaringan daging ikan, serta 
   mempermudah tahapan proses selanjutnya. 

ikan habis rebus
   







4. Cabut tulang. Bertujuan untuk mengeluarkan sebagian besar tulang 
   yang terdapat pada produk, serta membentuk spesifikasi produk sesuai 
   permintaan pembeli. 









5. Pengasapan.  Merupakan tahapan akhir dari rangkaian pengolahan, di 
    mana produk akhir yang dihasilkan akan menjadi keras bagaikan kayu, 
    berwarna hitam kecoklatan, dengan kadar air antara 15% - 20%. 









6. Grading. Merupakan tahap pemisahan produk akhir berdasarkan mutu,    
    jenis dan ukuran.










7. Metal detecting. Merupakan proses untuk mendeteksi benda-benda 
   yang mengandung logam, yang mungkin ‘terikut’ bersama produk.

8.  Weighing . Adalah proses penimbangan produk sebelum di kemas

9.  Packing. Merupakan proses pengemasan produk akhir.










10. Store. Adalah aktifitas penyimpanan produk dalam ruangan pendingin 
     (Cold storage)

11.   Export.

Produk-produk Ikan Kayu 


KH (Katsuo Arahonbushi = Cakalang dibelah 4),






KH


























KK (Katsuo Arakamebushi = Cakalang belah 2),



















SW (Sodawari bushi = Tongkol kecil/sedang dibelah 2),





















SK (Soda Arakamebushi = Tongkol besar belah 2),



SM (Sodabushi maru = Tongkol utuh),              

IB =(Iwashi bushi = Lemuru utuh),                     











Profit

Nah, mungkin ini yang ditunggu pebisnis yang duitnya banyak, dan bingung mau mengembangkan sayap ke mana (hahaha,….emanknya burung..?)

Ini mah rahasia atuh….Tapi saya kasih sedikit ‘bocorannya’ nih.

Untuk menghasilkan 1 kg ikan kayu kering (kadar airnya antara 18% - 22%), dibutuhkan 5,7 kg ikan mentah. Atau yield (tau kan artinya…?): 18% - 20%.

Contoh nih: harga 1 kg ikan cakalang mentah Rp.10.000. berarti utk mendapatkan 1 kg, biaya bahan bakunya Rp. 57.000. Kalo hebat dalam soal nego, mungkin bisa njual dengan harga ¥700/kg. Anggap aja ¥1 = Rp.105. Berarti: 1 kg bisa dapet Rp. 73.500.

(cat: ssss…ttt itu ngga termasuk keuntungan dari FISHMEAL yg dihasilkan loh…..)

Biaya …? Ah, dimana2 biaya Tenaga kerja ngga pernah lebih dari 10% total biaya kan?
Lain-lain..? ah, kan situ yang lebih jago ngitung. Masa mau tau semua sih…?

Hanakatsuo





Sebelum diambil alih Jepang, PT.CMP menjual produk dalam bentuk ‘gelondongan’…(tapi bukan kaya kayu besi ato cempaka yang lonjong dan setengah bulat)  Maksudnya gelondongan di sini adalah bentuk Dried Smoke fish. Yang bentuk ikannya masih tampak. Nanti, di Negara Buyer, ikan kayu ini akan diolah lanjut, hingga katanya, bisa di hasilkan ± 100 jenis bahan makanan. Hanakatsuo adalah salah satunya.
Setelah Managemen dipegang Jepang, produksi Hanakatsuo diolah sendiri sendiri di PT.CMP (liat gambar deh…)

Udah ya, udah pegel ngetik.

Nih alamat PT.CELEBES MINAPRATAMA
Kelurahan Wangurer Timur Lingkungan 1. Bitung, Sulawesi Utara

Telp. (0438)31224, 31822

kontak person:

Albert Ody Worang. 0811432140
Kornelius Kilapong. 081356074411

(kalo ada yg mau nanya siapa saya, tolong tanya sama kontak person ya….hehehe..)


Pesan Kemanusiaan: "HENTIKAN PERANG DAN KEKERASAN DI SELURUH DUNIA"

Wednesday, April 13, 2011

ONCE UPON A TIME IN CHANGI

Pict by. Rajiv Arora

Bagi perokok , pembatasan wilayah merupakan hal yang menyiksa. Kondisi seperti itulah yang saya alami kala pertama menginjakan kaki di Negara cantik bernama Singapore. Selain rongga mulut terasa asam, situasi bandaranya berhasil menelanjangi sifat kampungan saya.  Terbengong-bengong bagai  ‘rusa masuk kampung’

Untungnya rasa itu tidak berlangsung lama. Rasa asam di rongga mulut yang hampir 4 jam tak tersentuh asap rokok, segera terobati saat mata saya mendapati tulisan ‘smoking area’. Dalam hitungan detik, sirna semua kekacauan di kepala ini, bersamaan dengan keluarnya asap putih nan lembut beraroma tembakau dari mulut dan barisan gigi yang mulai ompong.

Di ruang kaca 3 x 3 meter ber-AC  , hampir 10 pria dan wanita beragam style dan kebangsaan. Ada India ganteng yang sibuk dengan Laptop-nya di dekat tiang marmer, bule gendut yang tatapan nanarnya melekat di paha mulus wanita China mirip Gong Li (hehehe, …sumpah,…dia emank mulus banget), serta beberapa pria Asia parlente berdasi.

Pintu auto terbuka saat saya sedang bermain dengan pikiran saya. Wanita yang sangat cantik masuk, berdiri sekitar 2 meter di depan saya, bersandar di beton. Rambutnya berombak dan sedikit kemerahan, menutupi bahu dan sebagian punggungnya. Semi jas hitam dipadu kemeja putih berenda di bagian dalam, serta rok satin hitam sebatas lutut, makin menambah aura kecantikannya.

Dengan acuh ia mengeluarkan sebungkus rokok putih dari tas kulit Versace. Tak perduli beberapa pasang mata  pria (termasuk saya) yang terpesona padanya.  Bahkan si-India ganteng yang telah meng-off-kan Laptop-nya , kembali menyulut sebatang. Mmhh, alas an.

Entah berapa kali saya meliriknya. Wajahnya mungil, putih dan licin laksana pualam. Matanya jernih, dan sedikit sipit. Bibirnya kecil, lembut dan padat. Taksiran saya, umurnya antara 27 hingga 30 tahun.

Naluri purba dalam diri laki-laki saya menyeruak. Getaran halus yang telah begitu lama terpendam, kembali berdetak.

'Apa salahnya mengasah kemampuan memikat wanita.'  Kakipun melangkah mendekat

Untuk sesaat, langkah saya terhenti. Teringat julukan yang disematkan putri tertua saya. “Raksasa ompong”. Tua, gendut dan ompong. Rasa percaya diri yang sempat mekar, kembali redup kala tersadar akan realita bahwa tak ada lagi daya tarik fisik yang bisa saya andalkan. Tak ada senyum memikat, lengan berotot, apalagi perut sixpack.

Magnet kecantikannya meluluh lantakan logika waras saya.

lihat mata dan gerakan tangannya. Kalau ia menatapmu lebih dari tiga detik, lalu menyibakan rambutnya secara perlahan, itu sebuah pertanda.” Terngiang celoteh salah satu rekan saya yang sangat piawai dalam urusan wanita.

Rasa PD saya kembali merekah. Si-cantik tampak menyampaikan signal seperti yang diutarakan rekan saya. Dan saya-pun memutuskan untuk memberinya tanda dengan mata, untuk menyuruhnya keluar dari smoking area. Kutunggu hingga ia kembali menoleh.

Ahhh, ia menoleh sambil mengibaskan rambutnya. Dengan kedipan mata, kuminta ia keluar. Mulanya saya kira salah sangka saat melihatnya melangkah ke luar, berhenti  sesaat, dan menoleh ke arah saya.

“Yes..!” saya langsung mengikutinya keluar.   

I have a big problem.” Kalimat pertama yang meluncur dari bibir mungilnya, tanpa berusaha menjelaskan. Tubuh anggunnya melintasi beberapa vas bunga keramik beralaskan permadani cantik asli Persia. Duduk di ujung spring bed, dan melepaskan sepatunya dengan acuh. Membiarkan aku menikmati keindahan tungkainya, hingga ke pangkal yang mempertotonkan lingerie coklat-nya.

Malam semakin larut. Sepiring hamburger habis kami sikat. Sesuatu yang duga memang terjadi. Ia mengajak saya menginap di hotelnya. Menghabiskan sisa waktu untuk penerbangan selanjutnya.

Di sudut Changi Airport, saya-pun lupa senyum manis istri.  Bahkan saya lupa kalau 4 jam selanjutnya saya harus terbang kembali ke Manado. Tapi saya tak pernah lupa kala terbaring lunglai di spring bed berselimut tebal, di samping tubuh mulus nan harum.

                                           0000000


Manado, 2 minggu kemudian

“Ih cantik sekali bintang pornonya.” Seru istri saya dari ruang nonton keluarga. Penasaran, saya pura-pura bergegas ke toilet yang melewati ruang nonton.

“Oh My god.” Wanita cantik sang bintang porno Jepang itu bernama Maria Ozawa. Wanita yang sama, yang telah ‘having fun’ dengan saya di balik kehangatan selimut kamar hotel di Singapura.

Saya-pun kencing sambil menyenandungkan lagunya Ada Band…..

Mungkin,..ku tak akan bisa,…jadikan dirimu, kekasih yang seutuhnya mencinta
Namun, kurelakan diri, jika hanya setengah hati….kau sejukan jiwa ini..

Pikiran saya kembali melayang ke suatu tempat yang namanya ‘Smoking Area” 


MARI KITA SUARAKAN:  "TOLAK PERANG DAN KEKERASAN DI SELURUH DUNIA...!!!"

Sunday, April 3, 2011

MANUSIA BUKAN BUKU KALEEE….

Karena keabisan rokok, tapi kantuk  belum juga ngajak tidur ( jam menunjukan pukul 02.15 Wita),  saya memaksa ke warung yang jaraknya sekitar 3 km dari rumah. Hampir bersamaan dengan tibanya saya di warung yang di jaga wanita 30-an, datang 5 pria muda berpenampilan agak slebor, dengan napas beraroma ‘cap tikus’ (minuman keras khas Sulut)

Dengan perimeter mata, saya mengamati gerak-gerik mereka. Kejantanan (hehehe,…ayam kale..) saya merasakan aroma masalah. Tiba-tiba salah satu pemuda bercelana pendek, yang sebagian kaki kirinya dipenuhi tatto, berjalan perlahan dengan sedikit terhuyung ke belakang saya.

Naluri sebagai mantan ‘anak jalanan’ (jangan salah persepsi dulu,..maksudnya anak yang doyan munggutin sampah di jalanan) menyiratkan kalau pada saat itu akan terjadi hal-hal yang kurang mengenakan. Tiba-tiba betis kaki kiri saya terasa seperti di tendang pelan. Saya memutar tubuh perlahan, menarik mundur kaki kanan, bersiap mengirmkan tendangan ala Bruce Lee.  Kedua tangan tetap saya biarkan bebas (sebenarnya saya ragu bisa mengatasi mereka semua)

 Saya terkejut.  Pemuda telah terkapar di tanah yang sedikit becek. Rupanya ia terpeleset dan jatuh. “Aduh,…maaf om,..maaf,..ngga sengaja” pemuda itu bangun dengan susah payah, dan berusaha membersihkan celana panjang saya yang sedikit kotor.

“Ngana kwa,.so kancang. Emplas babadiang jo,.mo kasana kamari. Maaf neh om.” (kamu sih, udah mabuk berat, bukannya diem aja, malah ke sana ke mari. Maaf ya om) Rekannya yang bertubuh lebih gempal, dengan anting di kening dan telinganya menundukan kepala.

“Nda apa.” Saya tersenyum. Badai berubah jadi angin sepoi-sepoi.   Beberapa langkah dari warung, saya sempat mendengar suara pria yang bertampang paling ‘seram’..”Ngana ini, orang tua tudia.” (kamu sih, orang tua tuh..!)

Hahaha….saya ‘diuntungkan’ karena dipandang sebagai orang tua. Mereka ngga tega nggaggu ‘kakek-kakek’. Takut kualat.

Di perjalanan ke rumah, saya sempat sedih.  Sudah setua itukah saya di mata mereka? Hahaha,….bukan itu persoalannya.  Tapi penilaian miring saya. Juga penilaian lurus mereka.

Kejadian yang sama juga pernah saya alami beberapa tahun lalu, ketika hendak menemui seorang pengusaha yang bergerak di bidang penangkapan ikan. Nama besarnya sebagai pemilik beberapa kapal sering saya dengar, tapi belum sekalipun melihatnya.

Ketika sampai di rumahnya, saya melihat pria paro baya menyirami rumput, dengan celana pendek, dan kaos oblong yang beberapa bagiannya robek.  Mungkin karyawannya. Pikir saya. Bukan main terkejutnya ketika tahu bahwa laki-laki berpenampilam  pembantu (sory,..) itulah sosok yang saya cari. Huuh,..lagi-lagi dikecoh oleh penampilan.

Saya yang menganggap telah maju dalam pemikiran, masih rentan masuk perangkap pada penilaian berdasarkan kemasan. Tampilan luar seseorang. Ironis memang. Tapi begitulah faktanya. Saya toh cuma manusia penuh kelemahan (hahaha,…bahasa dalih lagi)

Kabar baiknya, saya tidak sendirian di dunia abu-abu ini, yang kerap menilai orang lain dari penampilan luar. Kalo orang kaya yang terhormat plus berpendidikan pasti fashionable, dandy, necis dan kinclong. Sebaliknya dengan pecundang dan sampah.

Kenyataan itu pula yang menuntut para salesman, sallesgirl dan staff marketing senantiasa menjaga penampilan dan kebersihan. Harus menarik secara fisik, demi menarik buyer. Karena penampilan adalah gerbang pertama memasuki produk jualannya.

Hal yang sama dipraktekan juga pada kemasan sebuah produk. Ngga penting isinya enak, berfaedah bagi kesehatan atau tidak, yang penting tumbuhkan image positif  dulu lewat kemasan semanarik mungkin. Dan 40% keberhasilan sudah di depan mata.

Bahkan, salah satu ilmu penting dalam marketing adalah kreatifitas merancang kemasan. Jika sebuah produk kurang laku di pasaran, tarik dulu. Lalu ubah kemasannya seapik mungkin, dan lempar lagi ke pasaran. Maka penjualan meningkat hingga 100%.

Sama sekali ngga ada yang salah dengan semua ilmu tentang daya magic pengemas tersebut. Toh ilmunya justru ‘diperoleh’ dari kita yang memang lemah soal indra pengelihatan.

Pria pendiam, necis, berkacamata minus, bermobil keren, cenderung lebih bernilai jual tinggi di mata para wanita, dibanding yang kucel, cerewet, suka ngomong asal, dan naek kendaraan umum. Bukan saya meremehkan kredibilitas wanita loh. Tapi emang kaum wanita sendiri koq yang membahasakan lewat bahasa tubuhnya. Dan itu juga ngga salah.

Ironisnya, fakta inilah yang justru sering dimanfaatkan para penipu dan penjahat. Soalnya sulit untuk melaksanakan aksi kejahatan, kalau dari penampilan aja, si-calon korban sudah mengendus keberadaanya, lalu semerta-merta memasang jarak. Waspada. Siap dengan senjata kejut listrik 500 volt.

Temen saya, laki-laki yang performancenya cenderung biasa, selalu sukses mengantar wanita ke pelukannya, hanya bermodalkan bahasa indah, parfum, penampilan dandy, dan mobil sewaan. Beberapa kali saya melihat sendiri aksinya. Hanya se-simple itu. Karena dia paham bagaimana ‘memanfaatkan’ mata rabun korban-korbannya. Ssssttt…jangan bilang ke teman saya kalo kisahnya saya jadikan contoh.

Kan ada kalimat yang bilang: ‘Jangan menilai buku dari sampulnya’ (mungkin dari harganya ya….). tepat sekali. Walau faktanya manusia bukanlah buku, tapi entah kenapa ya, manusia bisa aja dianalogikan dengan, atau sebagai apapun.

Kisah saya sih udah basi. Tapi tak lekang dimakan waktu toh? Karena kita, emang senang menilai segala sesuatu lewat kemasannya. Isinya, ngga lagi penting kalo udah terlanjur beli kemasannya.

MARI KITA KAMPANYEKAN UNTUK MENOLAK PERANG DAN KEKERASAN DI MANAPUN
dengan semangat SITOU TUMOU TUMOU TOU ....Manusia Hidup untuk menghidupi manusia lainnya